Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Tahun Berpulangnya WS Rendra, Mengenang Karya dan Sosoknya...

Kompas.com - 06/08/2019, 16:16 WIB
Rosiana Haryanti,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sepuluh tahun lalu, tepatnya 6 Agustus 2009, sastrawan, seniman, dan budayawan WS Rendra berpulang.

Meski 10 tahun berlalu, karya-karyanya masih kerap dipertunjukkan kembali di beberapa pementasan.

Rendra, pada perjalanannya, tak hanya mendapatkan puja-puji.

Ia juga pernah dicaci dan dimaki. Namun, hal ini tak menyurutkan gairahnya untuk terus berkarya.

Ini kenangan akan sosoknya...

Willibordus Surendra Rendra atau yang akrab dipanggil WS Rendra merupakan seniman Indonesia yang lahir di Solo pada 7 November 1935.

Sejak tulisannya tayang di Majalah Kisah, Budaya, dan Basis mulai tahun 1954, namanya mulai dikenal.

Baca juga: Adnan Buyung Nasution hingga WS Rendra Terima Penghargaan Pejuang Kemanusiaan

Arsip Harian Kompas yang diterbitkan pada 20 Agustus 1975, menyatakan, saat itu juga, rentetan karyanya lahir seperti Ballada Orang-orang Tercinta (1957) yang merupakan kumpulan balada yang ditulis Rendra pada usia 20 tahun dan Rendra: 4 Kumpulan Sajak (1961).

Selain itu, ia juga menerbitkan kumpulan sajak, seperti Disebabkan oleh Angin, Tjerita untuk Bonny, dan Asap Api di Mata.

Kecintaannya pada dunia seni juga mewujud lewat berbagai pementasan drama, antara lain Mahabrata, Bip-Bop (1968), Menunggu Godot (1969, Dunia Azwar (1971), serta karya kontroversialnya Mastodon dan Burung Kondor dan Sophocles. Sembari menggeluti dunia sandiwara Rendra juga menempuh pendidikan di New York, Amerika Serikat.

Pelayat berdoa di depan pusara penyair dan dramawan WS Rendra di Kompleks Pemakaman Bengkel Teater, Citayam, Depok, Jumat (7/8/2019). Almarhum yang terkenal dengan julukan Si Burung Merak meninggal akibat penyakit jantung koroner.KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO Pelayat berdoa di depan pusara penyair dan dramawan WS Rendra di Kompleks Pemakaman Bengkel Teater, Citayam, Depok, Jumat (7/8/2019). Almarhum yang terkenal dengan julukan Si Burung Merak meninggal akibat penyakit jantung koroner.

Harian Kompas 19 Juli 1967, menyebutkan, selama di New York, keluarga Rendra memiliki dua orang anak yakni Samuel Musa dan Clara Sinta.

Sementara itu, arsip Harian Kompas, 23 Agustus 1967, menuliskan, Rendra juga merupakan orang Indonesia pertama yang mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan drama di America Academy of Dramatic Art.

Pendidikan ini ditempuhnya dalam waktu dua tahun, tepatnya pada1964-1966.

Selain drama, Rendra juga mempelajari gerak indah dan latihan improvisasi di Erdman's School of The Dance.

Setelah tiba di Tanah Air, Rendra mengajar Drama di Fakultas Sastra Barat GAMA Jogja.

Baca juga: Penyair Semarang dan Kendal Mengenang WS. Rendra

Adapun, dalam mengembangkan kelasnya, Rendra dibantu oleh seorang asisten yang juga seniman, Arifin C. Noor.

Rendra juga mendirikan Bengkel Teater yang mewadahi seniman-seniman drama.

Seniman yang dijuluki "Si Burung Merak" itu juga pernah diundang oleh Association of Authors atau perhimpunan pengarang Australia.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Nasional
Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Nasional
Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Nasional
Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Nasional
Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com