Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Tahun Berpulangnya WS Rendra, Mengenang Karya dan Sosoknya...

Kompas.com - 06/08/2019, 16:16 WIB
Rosiana Haryanti,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Pihak kepolisian Yogyakarta saat itu tidak meluluskan permohonan atas permintaan tersebut.

Menurut kepolisian, izin tidak diberikan karena Rendra dan Bengkel Teater berencana untuk mementaskannya mulai tengah malam, dengan jangka waktu pementasan hingga 4 jam.

Selain itu, waktu pentas juga bertepatan dengan bulan puasa.

Meski izin dari Dinas Kebudayaan dan kepolisian tak kunjung diberikan, namun pihak Dewan Mahasiswa Universitas Gadjah Mada saat itu meminta pertunjukan drama Mastodon dan Burung Condor tetap dipentaskan.

Akan tetapi untuk kedua kalinya, pertunjukan ini gagal dipentaskan. Sebagai gantinya, drama ini dipentaskan di Istora Senayan.

Rendra mengungkapkan, karyanya ini mengambil lokasi di suatu negara di Amerika Latin, Mastodon.

Kisahnya sendiri berkutat pada konflik segitiga antara pihak militer, mahasiswa, dan seniman yang terdiri dari 21 bagian.

Namun, bukan Rendra jika pementasannya tidak dilarang.

Meski sering berurusan dengan pihak berwajib, ia juga mengulangi hal serupa.

Pementasannya yang berjudul Oedipus Berpulang dilarang kembali oleh pihak kepolisian Yogyakarta.

Menurut Harian Kompas, 8 Februari 1975, drama karya Sophocles yang diterjemahkan seniman ini digagalkan kembali lantaran diyakini naskah pementasan tidak sesuai dengan terjemahan dan atas dasar pertimbangan atasan.

Berpulang

Sastrawan ini berpulang pada Kamis 6 Agustus 2009 sekitar pukul 22.00 WIB di usia 74 tahun.

Almarhum dimakamkan di lokasi pemakaman keluarga WS Rendra di Bengkel Teater Seni WS Rendra, Cpayung, Citayam, Depok.

Makamnya hanya berjarak 10 meter dari makam Mbah Surip yang dikebumikan 3 hari sebelumnya atas izin Rendra.

Proses pemakaman berlangsung hingga pukul 16.00 WIB.

Saat itu, sekitar 1.000 orang yang terdiri dari kalangan artis, pejabat, hingga masyarakat tampak mendampingi proses pemakaman jenazah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain di Pilgub Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain di Pilgub Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com