Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sofian Effendi: Pak Jokowi Pernah Mengeluh, Tak Ada yang Mengerti Poros Maritim

Kompas.com - 06/08/2019, 11:33 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Yayasan Dewan Pimpinan The Habibie Center, Sofian Effendi mengungkapkan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah mengeluhkan soal poros maritim Indonesia yang tidak berjalan.

Keluhan Jokowi tersebut disampaikan karena Jokowi kecewa anak buahnya tidak ada yang mengerti soal poros maritim tersebut.

"Pak Jokowi pernah mengeluh soal itu, beliau bilang, tidak ada yang ngerti. Saya bilang, gertak lagi saja, Pak," ujar Sofian dalam acara Seminar Nasional bertajuk "Prospek Poros Maritim Dunia di Periode Kedua Jokowi" di Hotel Le Meridien, Jakarta Pusat, Selasa (6/8/2019).

Baca juga: Poros Maritim Baru Sumbang 7 Persen ke PDB Indonesia

Ia mengatakan, Indonesia sebagai poros maritim sudah diungkapkan oleh Jokowi dalam pidato kampanyenya pada tahun 2014 lalu.

Poros maritim diharapkan menjadi potensi nasional untuk membangun ekonomi pada masa pemerintahan Jokowi.

"Sayangnya, sampai sekarang definisi operasional dari poros maritim belum berhasil dirumuskan oleh para pembantunya di kabinet," kata dia.

Itulah mengapa, kata dia, Jokowi pernah mengeluhkan persoalan tersebut padanya.

Sementara itu, Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI R Sjarief Widjaja mengatakan, sejak tahun 2014, cetak biru untuk poros maritim di Indonesia sudah matang.

Hal tersebut, kata dia, sudah tercantum dalam Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan, termasuk dalam Perpres Nomor 16 Tahun 2017 tentang Kebijakan Kelautan Indonesia.

"Di sana sudah detil sekali plan action dari poros maritim dan sekarang bukan saatnya bicara prospek tapi pemantapan," ujar Sjarief yang menjadi pembicara utama dalam seminar tersebut.

Baca juga: Wujudkan Poros Maritim Dunia, Gubernur Aceh Minta Dukungan Jusuf Kalla

Sjarief menyebutkan, ada lima pilar utama dalam poros maritim, yakni pembangunan kembali budaya maritim Indonesia; menjaga dan mengelola sumber daya laut; infrastruktur dan konektivitas: diplomasi maritim; serta pertahanan dan keamanan.

Namun, dalam pelaksanaannya, terdapat berbagai masalah, antara lain illegal fishing, penurunan minat rumah tangga nelayan, hingga kemisikinan yang masih besar.

"Kita punya 650 ribu perahu tapi hanya 11 ribu yang di atas 30 GT, sisanya perahu kecil. Inilah yang menyebabkan ada kemiskinan dan gini rasio. Komposisinya tidak seimbang," kata dia.

Termasuk soal pelaku usaha pengelolaan ikan yang jumlahnya juga tak seimbang, yakni 67.000 UMKM dan 750 pengelola besar.

Padahal, kata dia, untuk masuk ke pasar ekspor seperti Amerika, Eropa, dan Jepang, semua membutuhkan sertifikasi.

"Tugas kami mengangkat UMKM supaya mampu memenuhi standar sertifikasi agar bisa ekspor," pungkas dia.

Baca juga: Pengamat: Marahnya Jokowi ke PLN Tampak Tak Hanya dari Gesture, tapi...

Adapun poros maritim dunia menjadi salah satu visi penting yang diutarakan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tahun 2014.

Pencanangan Indonesia sebagai poros maritim dunia ini dilakukan melalui pengembangan ekonomi berbasis maritim sehingga dapat tercipta kesejahteraan.

Dalam perjalanan pemerintahan selama lima tahun periode pertama pemerintahan Presiden Jokowi, visi poros maritim dunia diwujudkan dalam berbagai kebijakan.

Hal tersebut dilakukan sebagai langkah dalam usaha untuk meningkatkan ekonomi sekaligus secara langsung memperkuat pertahanan dan keamanan laut Indonesia.

Visi poros maritim dunia juga merupakan usaha untuk meningkatkan konektivitas dan keterjangkauan antarpulau di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat Sarankan Syarat Pencalonan Gubernur Independen Dipermudah

Pengamat Sarankan Syarat Pencalonan Gubernur Independen Dipermudah

Nasional
Komnas Haji Minta Masyarakat Tak Mudah Tergiur Tawaran Haji Instan

Komnas Haji Minta Masyarakat Tak Mudah Tergiur Tawaran Haji Instan

Nasional
Libur Panjang, Korlantas Catat Peningkatan Arus Lalu Lintas

Libur Panjang, Korlantas Catat Peningkatan Arus Lalu Lintas

Nasional
DKPP Terima 233 Pengaduan Pemilu dalam 4 Bulan Terakhir

DKPP Terima 233 Pengaduan Pemilu dalam 4 Bulan Terakhir

Nasional
Prabowo: Beri Kami Waktu 4 Tahun untuk Buktikan ke Rakyat yang Tak Pilih Kita

Prabowo: Beri Kami Waktu 4 Tahun untuk Buktikan ke Rakyat yang Tak Pilih Kita

Nasional
Yusril: Penambahan Kementerian Prabowo Bukan Bagi-bagi Kekuasaan, Tak Perlu Disebut Pemborosan

Yusril: Penambahan Kementerian Prabowo Bukan Bagi-bagi Kekuasaan, Tak Perlu Disebut Pemborosan

Nasional
BPK di Pusara Sejumlah Kasus Korupsi...

BPK di Pusara Sejumlah Kasus Korupsi...

Nasional
Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Diisi Orang Politik

Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Diisi Orang Politik

Nasional
Pilkada 2024, Belum Ada Calon Perseorangan Serahkan KTP Dukungan ke KPU

Pilkada 2024, Belum Ada Calon Perseorangan Serahkan KTP Dukungan ke KPU

Nasional
Ada Jalur Independen, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Gubernur Nonpartai?

Ada Jalur Independen, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Gubernur Nonpartai?

Nasional
PPP: RUU Kementerian Negara Masuk Prolegnas, tetapi Belum Ada Rencana Pembahasan

PPP: RUU Kementerian Negara Masuk Prolegnas, tetapi Belum Ada Rencana Pembahasan

Nasional
Latihan Gabungan, Kapal Perang TNI AL Tenggelamkan Sasaran dengan Rudal Khusus hingga Torpedo

Latihan Gabungan, Kapal Perang TNI AL Tenggelamkan Sasaran dengan Rudal Khusus hingga Torpedo

Nasional
Menag Cek Persiapan Dapur dan Hotel di Madinah untuk Jemaah Indonesia

Menag Cek Persiapan Dapur dan Hotel di Madinah untuk Jemaah Indonesia

Nasional
 Melalui Platform SIMPHONI, Kemenkominfo Gencarkan Pembinaan Pegawai dengan Pola Kolaboratif

Melalui Platform SIMPHONI, Kemenkominfo Gencarkan Pembinaan Pegawai dengan Pola Kolaboratif

Nasional
PPP Anggap Wacana Tambah Menteri Sah-sah Saja, tapi Harus Revisi UU

PPP Anggap Wacana Tambah Menteri Sah-sah Saja, tapi Harus Revisi UU

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com