Sejauh mungkin konflik dikurangi sedemikian rupa sehingga tidak memunculkan permasalahan yang berkepanjangan pada tahap berikutnya.
Pada level filosofis, pemahaman terhadap oposisi adalah sebagai partai atau golongan yang mengkritik kebijakan pemerintah. Tidak dalam arti sebagai pihak yang berseberangan, namun sebagai kekuatan yang pada intinya mempunyai tujuan yang sama, menciptakan kesejahteraan rakyat menuju negara adil dan makmur.
Artinya, secara substansi tujuan besama ini direfleksikan dengan cara pandang berbeda. Hal ini menyebabkan adanya kekuatan yang kendatipun bermacam namanya, tetapi secara filosofi berada pada satu kekuatan bangsa untuk mencapai tujuan bersama.
Kekuatan bersama untuk mencapai tujuan bersama inilah yang kemudian dibingkai dalam satu filosofi kebersamaan dengan tajuk demokrasi Pancasila.
Mencermati praktik ada atau tidaknya oposisi dari perspektif praktis, maka secara kasat mata menunjukkan bahwa sebagian partai yang tergabung dalam koalisi pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mengindikasikan kuat merapat ke petahana, misalnya Partai Amanat Nasional dan Partai Demorat.
Adapun untuk Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Gerindra lebih condong memilih sisi seberangnya, atau dalam bahasa politik reguler disebut sebagai oposisi.
Oposisi tidak semata mencermati secara konkret terhadap berbagai kebijakan pemerintah. Lebih dari itu juga memilih untuk tidak mau bergabung dalam kabinet yang dipimpin presiden petahana.
Argumentasi rasionalnya bahwa di dalam demokrasi hanya akan berjalan dengan baik jika terpenuhi dua unsur, yaitu pemerintah dan oposisi. Hal ini membawa konsekuensi adanya check and balances yang sangat dibutuhkan sebagai elemen dasar dalam demokrasi, termasuk demokrasi Pancasila.
Oposisi yang dibutuhkan haruslah punya kekuatan relatif setara dengan partai pemenang pemilu yang memegang kendali kekuasaan.
Dari sini bisa dibaca, apakah kekuatan demikian ada para Gerindra dan PKS ketika berhadapan dengan kumpulan partai pemenang pemilu. Penilaiannya tentu akan berbeda pandangan, tergantung siapa yang mencermatinya, dan kekuatan dalam makna kualitas atau kuantitas.
Realitas menunjukkan ketidakseimbangan oposisi di dalam kekuatan parpol pasca-pilpres. Meskipun secara formal memang tidak ada oposisi, faktanya oposisi itu ada dan tidak seimbang.
Kenyataan ini pula yang menunjukkan adanya dominasi partai penguasa yang kemudian menguasai berbagai lini pemerintahan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.