Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Hunneman
Mantan Aktivis 1998

Sekretaris Jenderal Forum Nasional Bhinneka Tunggal Ika | Mantan Aktivis 1998

People Power dan Jiwa Besar Elite Politik

Kompas.com - 15/05/2019, 16:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


SELALU ada yang linier dalam sejarah. Menjelang peringatan Peristiwa Mei 1998, istilah people power kembali muncul.

Benar, dalam Peristiwa Mei 1998, people power bergerak serentak menumbangkan rezim Soeharto yang sangat otoriter. Rakyat sudah tidak tahan lagi, kesabaran sudah habis, sehingga melahirkan gelombang gerakan yang dahsyat, sampai akhirnya Soeharto bersedia mundur pada 21 Mei 1998.

Sementara wacana people power yang hari-hari ini digaungkan, memiliki makna yang sedikit berbeda. People power biasanya muncul saat menghadapi pemimpin yang tiran, seperti saat rakyat Filipina melawan kekuasaan Presiden Marcos, pada pertengahan decade 1980-an, dan pengalaman kita sendiri dua dasawarsa kemudian.

Baca juga: Aktivis 98: Syarat-Syarat People Power Tak Terpenuhi di Era Sekarang

Sementara people power yang diwacanakan hari ini adalah untuk memprotes hasil perhitungan KPU (Komisi Pemilihan Umum) terkait hasil perhitungan Pilpres 2019, bukan sebuah tindakan protes terhadap rezim otoriter, sebagaimana pemahaman selama ini.

Dalam pandangan penulis, yang pada Mei 1998 terlibat langsung dalam aksi massa di jalanan, konsep people power yang sekarang coba dimunculkan, terasa anomali.

Perhitungan KPU adalah bagian dari proses demokrasi dalam mencari seorang pemimpin negeri (presiden), mengapa pula harus memakai people power untuk memprotesnya. Melawan proses yang jelas-jelas demokratis dan transparan, sungguh sulit diterima nalar.

Legawa

Dalam khazanah kearifan lokal tentang nilai-nilai kepemimpinan, salah satu yang kita kenal adalah legawa. Kosa kata ini berasal dari bahasa jawa, yang kira-kira artinya besar hati atau ikhlas (seikhlas-ikhlasnya).

Dihubungkan dengan konteks Pilpres 2019, legawa mengandung makna, ikhlas menerima kekalahan dan tetap rendah hati dalam kemenangan.

Baca juga: Amien Rais Ganti Istilah People Power dengan Gerakan Kedaulatan Rakyat

Bagi sebagian elite politik yang berencana menggalang people power sebagai respons terhadap hasil rekapitulasi KPU, menunjukkan sikap tidak legawa. Saya kira gerakan people power seperti itu adalah kesia-siaan belaka.

Masyarakat kita sudah lelah menghadapi kampanye dengan mengangkat isu politik identitas atau primordial, sejak Pilkada DKI 2017, yang terus berlanjut hingga Pilpres 2019.

Benar, rangkaian kampanye dalam Pilpres benar-benar menguras energi dan dana. Bagaimana tidak, kampanye telah berjalan sekitar tujuh bulan. KPU menggelar lima kali debat.

Masing-masing paslon presiden-wakil presiden, sudah berkeliling ke seluruh penjuru Tanah Air. Tentu rakyat sudah memiliki penilaian sendiri.

Penilaian rakyat sudah ditentukan pada Rabu (17 April). Dalam hitung cepat sore hari itu juga, pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin diunggulkan bakal memimpin Indonesia periode 2019-2024, dengan raihan suara berkisar 54-55 persen suara.

Bila kubu Prabowo tetap mengklaim sebagai pemenang, berdasarkan survei internal, boleh-boleh saja itu dilakukan, tanpa harus memobilisasi massa.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com