Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Hunneman
Mantan Aktivis 1998

Sekretaris Jenderal Forum Nasional Bhinneka Tunggal Ika | Mantan Aktivis 1998

People Power dan Jiwa Besar Elite Politik

Kompas.com - 15/05/2019, 16:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kita tunggu saja hasil resminya dengan sabar, waktu tidak akan lari, niscaya KPU akan memutuskan secara jujur dan transparan.


Jokowi sudah tahu

Sudah menjadi cerita umum di Jakarta, bahwa upaya "kudeta senyap” terhadap Jokowi terus berjalan, setidaknya sejak tahun 2017, ketika Jokowi sempat menyebut kata “gebuk”.

Di masa Orde Baru kata gebuk juga sempat membahana, sebagai cara mantan Presiden Soeharto untuk meredam lawan-lawan politiknya. Jokowi mengeluarkan kata itu sekadar sebagai peringatan. Berbeda dengan Soeharto yang memang otoriter, Jokowi sejatinya tidak memiliki bakat otoriter.

Bagi komunitas politik di Jakarta, isu upaya melengserkan Jokowi berhembus demikian kencangnya, sebagaimana tergambar dalam media sosial.

Memang teks dalam media sosial acapkali berlebihan (hoaks), namun itu sudah cukup menjelaskan, bahwa memang tekanan pada Jokowi. Dan bagi yang sempat terjun ke lapangan, konflik elite di Jakarta bisa disaksikan secara kasat mata.

Saya tidak akan menjelaskan gerakan itu secara detail, namun secara singkat bisa disebutkan, inilah sumber ketidaknyamanan kehidupan masyarakat akhir-akhir ini.

Pilkada Jakarta 2017 dan Pilpres 2019 sudah cukup memberi pelajaran, bagaimana politik identitas diolah sedemikian rupa, demi ambisi kekuasaan sebagian kecil elite.

Residu sosial sebagai dampak pertarungan di Pilpres itu masih terasa sampai hari ini, meskipun sudah lewat hampir sebulan

Metafora paling pas untuk menggambarkan perilaku elite pemburu kekuasaan adalah "Raja Sehari” yang biasa kita lihat dalam panggung kesenian tradisional, seperti ketoprak atau lenong. Meskipun hanya sehari atau sesaat, namun sudah bisa tercatat dalam sejarah, kira-kira begitulah angan-angan para elite pemburu kekuasaan tersebut.

Narasi di atas merupakan konteks yang menjadi latar belakang, mengapa Jokowi terpaksa harus mengeluarkan jurus pamungkas.

Dalam bacaan saya, penggunaan gebuk merupakan cara Jokowi mendorong revolusi mental, yang dia dengungkan saat kampanye menjelang Pilpres 2014 dulu. Tentu Jokowi paham, soal kecenderungan masyarakat kita, khususnya bagi elite yang sangat menyanjung kekuasaan.

Jiwa Besar Mr Assaat

Pada titik ini kita perlu banyak belajar pada Mr Assaat, mantan Presiden RI yang tidak pernah diakui, namun beliau tetap legawa, tidak pernah protes atau menggugat.

Bagi generasi now, bisa jadi nama Mr Assaat adalah nama yang asing, sehubungan namanya sudah jarang disebut-sebut lagi, beda dengan figur lain seperti Soekarno, Hatta, dan Sjahrir.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com