JAKARTA, KOMPAS.com - Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily merasa aksi demo yang diinisiasi Kivlan Zen dan Eggi Sudjana merupakan bentuk tekanan terhadap penyelenggara pemilu.
Mereka membawa-bawa narasi bahwa pemilu berlangsung penuh kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif (TSM).
Padahal, kata Ace, bukan KPU maupun Bawaslu yang berhak memutuskan bahwa pemilu berlangsung curang.
"Istilah TSM yaitu terstruktur, sistematis dan masif apalagi ditambah istilah brutal, itu istilah karangan mereka yang tidak bisa dibuktikan dan istilah tersebut yang punya kewenangan untuk memutuskan apakah itu TSM atau tidak ya Mahkamah Konstitusi," ujar Ace di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (10/5/2019).
Baca juga: Rekapitulasi Kabupaten/Kota Hampir Rampung, Kubu Jokowi Nilai Tak Ada Kecurangan
Di sisi lain, Ace mengatakan mayoritas rakyat Indonesia sudah menentukan pilihan kepada pasangan Jokowi-Ma'ruf. Aksi semacam itu justru mengkhianati kehendak mayoritas masyarakat Indonesia.
Dia mengakui beberapa bentuk kecurangan bisa saja terjadi di beberapa tempat pemungutan suara (TPS).
"Tetapi apakah satu dua kecurangan di TPS itu kemudian bisa digeneralisasi bahwa pemilu seluruhnya curang? Sementara TPS yang ada jumlahnya lebih dari 800.000," ujar Ace.
Seharusnya pendemo itu memberikan ruang kepada KPU untuk menyelesaikan tahapan pemilu. Itu untuk menghargai masyarakat Indonesia yang sudah menggunakan hak pilih pada 17 April lalu.
Massa aksi yang tergabung dalam Gabungan Elemen Rakyat untuk Keadilan dan Kebenaran (Gerak) mulai memadati area depan gedung Bawaslu, Jakarta Pusat pada Jumat (10/5/2019) pukul 13.30 siang.
Mereka sempat berkumpul di Sarinah yang terletak di seberang gedung Bawaslu sebelum kemudian bergerak bersamaan ke depan Gedung Bawaslu.
Pantauan Kompas.com, hanya tersisa satu lajur yang dapat dilintasi kendaraan. Kepadatan lalu lintas mengular hingga Bundaran HI.
Baca juga: TKN: Kenapa Baru Lapor Kecurangan Sekarang? Apa karena Sudah Kalah?
Sejumlah personel kepolisian tampak membentuk barikade di balik kawat berduri. Beberapa personel lainnya sibuk mengarahkan arus lalu lintas yang padat merayap karena membeludaknya jumlah massa.
Dalam aksinya, massa mengibarkan bendera merah putih dan membawa beberapa spanduk maupun pamflet berisi aspirasi mereka, seperti "KPU jangan curang", dan "Bawaslu jangan impoten".
Berulang kali massa teriak takbir sembari mengacungkan salam dua jari. Mereka juga beberapa kali menyanyikan yel-yel yang meminta agar kepolisian tidak ikut dalam "kompetisi" serta mengayomi massa aksi.