Selain monitoring media sosial, Digitroops juga melakukan survei di lapangan untuk mengetahui bagaimana pengaruh hoaks terhadap masyarakat di dunia nyata.
Survei ini dilakukan pada 18-26 Maret 2019 terhadap 1200 responden melalui wawancara tatap muka menggunakan kuesioner. Pemilihan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Margin of error survei ini adalah plus minus 2,8 persen.
Hasilnya juga menunjukkan hoaks terkait Jokowi lebih banyak didengar dan dipercaya oleh masyarakat.
Baca juga: Polri: Sebarkan Hoaks, Ancamannya 10 Tahun Penjara
"Sebanyak 48,2 persen responden menyatakan pernah mendengar isu bahwa Jokowi membiarkan Indonesia dibanjiri Tenaga Kerja Asing. Dari jumlah itu, 46,9 persen responden menyatakan percaya.
"Jumlah ini cukup besar, mencapai 22,6 persen dari total populasi," kata Yusep.
Isu hoaks lainnya yang kerap didengar oleh masyarakat adalah Jokowi anak PKI dengan 41,9 persen, namun hanya 3,9 persen yang percaya isu ini.
Lalu Jokowi melakukan kriminalisasi terhadap ulama pernah didengar 33,8 persen responden dan dipercaya 6,7 persen responden. Selanjutnya, isu Jokowi melarang azan pernah didengar 25,5 persen responden dan dipercaya 5 persen responden.
Baca juga: Pengamat: Pemilu 2019 Tak Lepas dari Politik Identitas dan Hoaks
Hanya ada dua isu hoaks terkait Prabowo yang mencuat ke publik. Isu kelompok islam radikal berkumpul si belakang Prabowo pernah didengar oleh 22,2 persen dan dipercaya 5,7 persen responden. Adapun isu Prabowo bersama Rizieq Shihab akan menerapkan NKRI beryariah pernah didengar oleh 20,8 persen responden dan dipercaya 7,6 persen responden.
"Jadi isu hoaks sama-sama menyerang kedua capres, tapi yang menyerang petahana jumlahnya lebih banyak," ujar Yusep.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.