Pada saat hari pemungutan suara tidak akan menggunakan hak pilihnya dikarenakan kondisinya yang tidak stabil.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Jiwa Sehat Indonesia Yeni Rosa Damayanti menekankan pentingnya edukasi dan sosialisasi pemilu kepada pemilih ODGJ agar penggunaan hak suara dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Perhimpunan Jiwa Sehat Indonesia bersama organisasi lainnya beberapa kali bekerja sama dengan Komisi Pemilihan Umum dalam melakukan sosialisasi dan memberikan pendidikan pemilu bagi pemilih ODGJ.
Menurut Yeni, sebagian besar ODGJ memiliki minat dalam edukasi pemilu dan berkeinginan untuk menggunakan hak pilihnya pada hari pencoblosan nanti.
Kendati demikian, ada pula ODGJ yang tidak menggunakan hak pilihnya pada hari pemungutan suara.
Dari penyelenggaraan Pemilu 2014 yang telah diikuti oleh pemilih ODGJ di beberapa tempat di Indonesia, Yeni menyebutkan tidak ada satu pun yang bermasalah dan seluruhnya berjalan lancar.
Beberapa hasil penghitungan suara di beberapa TPS yang digelar di rumah sakit atau panti pun berbeda-beda satu sama lain.
Hanya saja, Yeni berharap agar lebih banyak lagi ODGJ yang diberikan kesempatan untuk memilih dalam pesta demokrasi lima tahunan ini.
"Belum semua rumah sakit atau panti mengizinkan pasiennya untuk memilih dalam pemilu," ujarnya.
Fasilitas pemungutan suara
Rumah Sakit Dr H Marzoeki Mahdi Bogor adalah salah satu fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan pemilu pada 2014 dan akan menyelenggarakannya kembali pada Pemilu 17 April mendatang.
Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi Bogor Bambang Eko Sunaryanto menyebut hak asasi manusia menjadi alasan pihaknya mengizinkan pemilu untuk pemilih ODGJ dilakukan lingkungan rumah sakit tersebut.
"Karena sesuai dengan hak asasi manusia, bahwa setiap warga dijamin hak politiknya. Kecuali apabila ada kendala-kendala atau kekuatan yang tidak memungkinkan untuk menggunakan hak pilihnya, atau secara administrasi menjadi kendala," kata Bambang.
Rencananya, Panitia Pemungutan Suara (PPS) Kecamatan Bogor Barat akan membuat Tempat Pemungutan Suara (TPS) di ruang Instalasi Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Dr H Marzoeki Mahdi untuk pemungutan suara bagi ODGJ.
Dari sekitar 300 lebih pasien ODGJ yang ada di rumah sakit ini, hanya pasien dalam kondisi stabil dan tenang saat hari pemungutan suara saja yang nantinya akan menggunakan hak pilih.
Di rumah sakit peninggalan Hindia Belanda yang berdiri sejak 1882 ini pasien dibagi dalam dua kategori.
Bagi yang akut serta gaduh gelisah ditempatkan di Ruang Rawat Psikiatri Akut (PHCU). Sedangkan bagi yang kondisinya sudah stabil serta tenang ditempatkan di ruang rawat inap berupa bangsal-bangsal.
PHCU di rumah sakit jiwa ibarat ICU di rumah sakit umum untuk penyakit fisik. Kondisi pasien yang berada di fasilitas ini seringkali gaduh, marah-marah, berteriak, dan kondisi lainnya yang tidak terkontrol.
Sementara pasien Yang ditempatkan di bangsal dan ruang rawat inap yang berasitektur kental gaya kolonial, lebih pendiam dan tenang.
Para pasien tersebut tampak murung, berdiam diri, seperti orang tua kesepian yang ditinggalkan anak-anaknya.
Beberapa pasien sibuk berinteraksi dengan perawat membicarakan masalah-masalah terkait kesehatan gangguan jiwa yang dialami.
Mereka mengerti ketika diajak mengobrol dan paham apa-apa yang disampaikan seseorang kepadanya, termasuk ketika perawat mensosialisasikan akan ada pemilihan umum yang dilaksanakan di rumah sakit.