Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPU Khawatir Hoaks dan Disinformasi Bisa Rusak Integritas Pemilu

Kompas.com - 27/03/2019, 12:24 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Viryan Azis mengkhawatirkan hoaks dan disinformasi bisa mengancam integritas Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.

Sebab, derasnya informasi di dunia maya membuat setiap orang bisa saling memengaruhi satu sama lain. Tak jarang, cara yang ditempuh oleh individu atau kelompok dengan menggunakan hoaks dan disinformasi.

Baca juga: Meski Kubu Prabowo Keberatan, KPU Tak Ubah Komposisi Stasiun TV Penyelenggara Debat

Hal itu disampaikan Viryan dalam Media Briefing Jelang Pemilu di Kaum Jakarta, Rabu (27/3/2019).

"Mungkin tidak ada beda lagi, peran antara opinion leader dengan seseorang yang memiliki media sosial namun berhasil membuat postingan yang itu bisa memberikan halo effect. Tidak ada beda lagi. Maka saat ini, setiap orang bisa saling memengaruhi dan suasana hoaks politik dalam konteks Pemilu semakin tinggi," kata Viryan.

Baca juga: Kubu Prabowo Sampaikan Keberatan soal Stasiun TV Penyelenggara Debat Keempat

Ia menilai hoaks dan disinformasi setidaknya bisa mengancam dua aspek. Pertama, cara pemilih dalam menentukan pilihannya. Menurut Viryan, beberapa negara yang masyarakatnya memiliki tingkat pendidikan baik, masih bisa terpengaruh dengan hoaks dan disinformasi.

"Terlebih lagi negara kita. Karena inilah, menjadi bagian penting untuk merawat integritas penyelenggaran dan hasil pemilu. Idealnya, para pemilih nantinya tanggal 17 April menggunakan hak pilihnya dengan preferensi memadai, dengan informasi baik dan benar tentang pasangan calon," katanya.

Baca juga: BPN Keberatan terhadap Stasiun TV Penyelenggara Debat Keempat, Ini Langkah KPU

Viryan menekankan pentingnya masyarakat menentukan calon pemimpinnya sesuai rekam jejak, visi, misi hingga program kerja. Ia tak ingin pemilih menjadi irasional dalam memilih akibat hoaks dan disinformasi.

"Contoh sederhana, kalau saya dengan Pak Fritz (Komisioner Bawaslu) ditanya pasti lebih ganteng Bang Fritz, misalnya. Namun, dengan proses tertentu manipulasi informasi dibuat seolah-seolah saya yang lebih baik dari Pak Fritz," papar Viryan.

Baca juga: Wiranto Minta Publik Tak Termakan Isu Upaya Delegitimasi Penyelenggara Pemilu

"Idealnya adalah saya Viryan, misalnya, sebaiknya pemilih mengenal seperti apa adanya saya. Pak Fritz dikenal sebaiknya oleh para pemilih seperti apa adanya Pak Fritz. Informasi baik entah positif campaign, negative campaign itu hal wajar dalam demokrasi," sambungnya.

Kedua, Viryan melihat hoaks dan disinformasi bisa mengancam legitimasi KPU dan Bawaslu sebagai penyelanggara pemilu. Ia memandang hal-hal seperti itu bisa membuat kepercayaan publik terhadap penyelenggara Pemilu menurun.

"Kami ingin menyukseskan Pemilu 2019 yang berintegritas dan berjalan dengan baik, di tengah suasana sejumlah pihak mendorong delegitimasi terhadap penyelenggara pemilu. Hal yang buat kita sebenarnya sederhana ternyata tidaklah sesederhana yang kami bayangkan," kata dia.

Baca juga: Upaya Delegitimasi Penyelenggara Pemilu Sebabkan Kekerasan dan Apatisme

Ia mencontohkan, banyak hoaks dan disinformasi yang seolah-olah mengesankan KPU akan memanipulasi hasil Pemilu 2019 untuk memenangkan kandidat tertentu.

"Seolah tidak tahu hasil pemilu yang dtetapkan berdasarkan rekapitulasi manual itu dianggap berdasarkan rekapitulasi elektronik dan ditentukan hal-hal yang diidentikan dengan manipulasi hasil Pemilu. Ini hal sederhana yang bisa berdampak politis, bisa terus menggerus kepercayaan publik," ujarnya.

Kompas TV Simulasi pengamanan pemungutan suara pilpres dan pileg digelar di Kecamatan Balung, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Simulasi melibatkan seluruh unsur petugas keamanan dan penyelenggara pemilu di tingkat kecamatan dan desa. Simulasi diawali dengan mengantar kotak dan surat suara dari kantor kecamatan kepada panitia pemungutan suara atau PPS yang ada di setiap desa. Lalu, simulasi diakhiri dengan mengambil kotak dan surat suara yang sudah dicoblos dan dihitung di tingkat TPS atau tempat pemungutan suara. #SimulasiPemungutanSuara #PemungutanSuara #Pilpres2019
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com