"Jangan dianggap bahwa ini fiktif, tolong. Jangan digoreng-goreng, diaduk-aduk kami dengan 01, tidak boleh. Ini adalah temuan yang harus kita sikapi," tambah dia.
Sejumlah ketidakwajaran
Saat melaporkan temuan ini kepada KPU Senin (11/3/2019) lalu, Riza telah menyampaikan sejumlah ketidakwajaran yang ditemukan BPN.
Misalnya, data mengenai 300 ribu orang yang berusia di atas 90 tahun yang masuk DPT. Ada pula 20.475 pemilih berusia di bawah 17 tahun yang masuk DPT.
Dalam rapat kemarin, Riza memaparkan bentuk ketidakwajaran lainnya.
Contohnya, banyak pemilih di dalam DPT yang tahun kelahirannya 1776, artinya kini sudah berusia lebih dari satu abad.
Kemudian, ada juga pemilih yang tahun kelahirannya 3555, artinya bahkan belum lahir.
"Kita memang harus berpikir positif, mungkin ini error, tetapi kita harus cermati," kata dia.
Ia menyebutkan, dalam DPT tersebut, ada satu KK yang isinya 440 anggota keluarga di Banyuwangi.
Riza mengatakan, sebenarnya mungkin saja hal itu terjadi, tetapi tetap harus diperiksa kebenarannya.
Tim Prabowo-Sandiaga sudah mengecek ke lapangan. Hasilnya, hanya ada 2 anggota keluarga dalam KK tersebut.
Sisa 438 anggota keluarga lainnya ada yang sudah meninggal dan ada yang merupakan salah input.
Kasus seperti ini terjadi di banyak tempat. Riza mengatakan, di Majalengka bahkan ada satu KK yang terdaftar memiliki ribuan anggota keluarga.
"Jangan kalau misalnya ada informasi berita, selalu dianggap bohong, hoaks, dianggap mendelegitimasi pemerintah, dianggap mendelegitimasi KPU, tidak," kata Riza.
"Harus kita teliti, kita cermati, dan kita perbaiki bersama, siapa pun," tambah dia.