JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Moeldoko menilai, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno kurang cerdas dalam mengelola isu politik.
Sebab, seringkali pernyataan-pernyataan politik yang dikeluarkan pihak BPN tak sesuai konteks.
"Contoh ya yang menurut saya enggak cerdas pada timnya (BPN) itu, tentang kebakaran hutan," ujar Moeldoko saat dijumpai di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa (19/2/2019).
Saat acara debat kedua, 17 Februari 2019 lalu, Jokowi mengatakan bahwa selama 3 tahun terakhir, kebakaran hutan di Indonesia relatif berkurang.
Baca juga: Prabowo Sebut Kasus Ahmad Dhani Sebagai Dendam Politik
"Maksudnya itu, tidak ada lagi negara luar yang komplain. Tidak ada lagi masyarakat Riau yang ke mana-mana pakai masker, kesulitan karena asap," ujar Moeldoko.
Selain itu, tiga tahun yang disebutkan Jokowi, artinya sejak tahun 2016 hingga 2019 ini. Namun, lanjut Moeldoko, pemahaman kubu BPN yang diungkapkan ke masyarakat umum tak seperti yang dimaksud Jokowi.
"Pihak mereka mengatakannya, berdasarkan tahun 2015, buktinya asap masih terjadi. Kan artinya mereka 'missed' lagi," ujar Moeldoko.
Contoh lainnya yakni soal pernyataan Jokowi dalam debat kedua yang mengatakan, selama empat tahun pemerintahannya, tidak terjadi konflik vertikal masyarakat dan pemerintah akibat pembebasan lahan proyek infrastruktur. Khususnya jalan tol.
Namun, Moeldoko mendengar BPN memberikan pernyataan bahwa masih terjadi konflik rakyat. Konflik itu disebabkan oleh sengketa agraria.
Baca juga: Kubu Prabowo Diminta Tak Berlebihan Tanggapi Pernyataan Jokowi soal Lahan
"Kan mereka nembak lagi. Katanya, ini ada 550 konflik. Ternyata, itu adalah konflik pada sektor reforma agraria, bukan infrastruktur," ujar Moeldoko.
Mantan Panglima TNI itu meminta BPN jangan memutarbalikan fakta ke masyarakat. Apalagi membuat persepsi bahwa Jokowi pembohong. Moeldoko mengajak untuk berpolitik secara sehat sekaligus mencerdaskan masyarakat.
"Jangan diputar-putar seolah-olah Pak Jokowi bohong. Jangan dibolak-balik. Ya jadi bingung nanti semuanya," ujar Moeldoko.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.