JAKARTA, KOMPAS.com — Ucapan politisi yang sedang ikut kontestasi pemilu sering kali sarat dengan data-data dan klaim. Contohnya seperti saat ini ketika perhatian masyarakat tertuju pada Pemilihan Presiden 2019.
Calon presiden dan wakil presiden, baik nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga, saling mengumbar data.
Terlebih ketika masuk dalam tahap debat kandidat, kedua pasangan calon pada umumnya sudah menyiapkan data-data yang akan digunakan sebagai pelengkap penjelasan, bahkan sebagai senjata mereka dalam berargumen.
Baca juga: 7 Cek Fakta Pernyataan Jokowi dan Prabowo dalam Debat Pertama Pilpres
Namun, jangan dipikir data-data yang disampaikan akan ditelan begitu saja. Kini berbagai media massa sudah terbiasa melakukan aktivitas cek fakta. Pernyataan para kandidat akan diuji kebenarannya berdasarkan sumber-sumber data yang ada.
Beberapa media yang kerap melakukan cek fakta setiap debat adalah Kompas.com, Tirto.id, Tempo.co, Liputan6.com, dan lainnya.
Mulanya, media-media ini melakukan aktivitas cek fakta sendiri-sendiri. Namun, kini semua media tersebut menggabungkan tim dan membentuk Aliansi Cek Fakta.
Baca juga: TKN Jokowi-Maruf: 13 Provinsi Terpapar Hoaks Agama yang Jatuhkan Jokowi-Maruf
Juru bicara tim ini, Wahyu Dyatmika, mengatakan, menangkis hoaks akan lebih efektif jika dikerjakan bersama.
"Kami mengumpulkan tim untuk menyortir agar kerja-kerja verifikasi dan pemeriksaan fakta menjadi lebih efektif karena dikerjakan bersama," ujar Wahyu yang berasal dari media Tempo, ketika dihubungi, Selasa (11/2/2019).
Pada debat kedua capres pekan ini, perwakilan media yang tergabung dalam tim ini akan berkumpul di satu ruangan dan melakukan cek fakta bersama. Google Indonesia akan memfasilitasi tempat bagi perwakilan aliansi ini bekerja pada 17 Februari.
Baca juga: KPU Pastikan Petani Bawang yang Dialog dengan Sandiaga adalah Mantan Anggota KPU Brebes
Supaya tak mengumbar data
Tirto.id menjadi salah satu media yang rutin melakukan cek fakta. Tidak hanya pada saat debat Pilpres, tetapi juga pada kesempatan-kesempatan lain.
Kepala Tim Riset Tirto.id Frendy Kurniawan mengatakan, cek fakta bisa juga dibaca sebagai pengingat kandidat bahwa publik tidak bisa dan tidak boleh dibohongi dengan data-data.
"Maksudnya ada dorongan bahwa apa pun yang diceritakan oleh politisi atau kandidat tetap harus kita uji. Mereka diharapkan tidak bisa membohongi lagi," ujar Frendy.
Baca juga: Timses: Bohong dan Hoaks kalau Sebut Prabowo dan Sandiaga Pakai Konsultan Asing
Dengan begitu, kandidat pilpres justru akan mempersiapkan argumen mereka dengan lebih baik dan data yang lebih komprehensif. Harapannya, perdebatan antarkandidat akan lebih bernas dan berkualitas. Kualitas debat pilpres pun akan semakin baik.
"Apa pun yang dilakukan tim pemeriksa fakta itu mendorong agar debat, diskusi, dan wacana yang dikeluarkan politisi atau kandidat selama pemilu tidak menjadi semacam buih-buih kosong saja," ujarnya.
Hal senada disampaikan Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho. Dia berharap cek fakta bisa mendorong kandidat untuk menggunakan data dengan lebih clear.
Baca juga: Saat Jokowi Curhat soal Tudingan PKI, Jemaah Teriak Tuduhan Itu Bohong dan Hoaks
Kandidat harus tahu bahwa data dan klaim apa pun yang mereka keluarkan pasti diuji oleh publik.
"Mereka akan punya bayangan bahwa data ini akan dicek, akan diverifikasi oleh banyak pihak. Mereka juga tidak semena-mena menggunakan data," kata Wisnu.
Wahyu Dyatmika menambahkan, aktivitas cek fakta diharapkan membuat debat yang berlangsung betul-betul berdasarkan fakta. Bahwa ada landasan data valid yang digunakan untuk menunjang pemikiran dan argumentasi kandidat.
"Sehingga menunjukkan siapa yang punya gagasan lebih baik untuk membangun Indonesia," kata Wahyu.
Baca juga: CEK FAKTA: Pernyataan Prabowo soal Tax Ratio Indonesia
Demi publik
Tidak hanya bagi kandidat, cek fakta yang dilakukan media-media sebenarnya adalah demi publik sendiri. Wisnu Nugroho mengatakan, cek fakta bisa membantu publik melihat kualitas calon pemimpinnya dengan lebih baik.
Dalam proses menentukan pilihan, publik tidak terdistraksi dengan klaim dan data yang belum teruji.
"Buat publik, sebenarnya untuk mendapatkan gambaran tentang pernyataan itu dasar dan acuannya apa supaya pembaca bisa mengambil pilihan mana sih yang mau mereka percaya," ujar Wisnu.
Baca juga: CEK FAKTA: Prabowo Sebut Ada Kepala Desa yang Ditahan karena Mendukungnya
Sebenarnya aktivitas cek fakta di Kompas.com tidak hanya dilakukan pada saat debat pilpres, tetapi juga pada kesempatan lain. Wisnu mengatakan pada era digital ini terjadi banjir informasi yang tidak terverifikasi kebenarannya di publik.
Media massa memiliki peranan untuk menjadikan informasi itu sumber pengetahuan yang tidak menyesatkan.
Dalam konteks pilpres, cek fakta diharapkan bisa meluruskan banjir informasi yang dilontarkan kandidat.
Baca juga: CEK FAKTA: Klaim Jokowi soal Bonus untuk Atlet Asian Para Games
Harapannya, bisa membantu publik mengambil keputusan berdasarkan pemikiran yang rasional. Bukan membuat keputusan berdasarkan klaim-klaim belaka.
"Kepentingan buat pembaca sih lebih memberikan keterangan yang membuat mereka mengambil keputusan secara lebih baik. Tidak sekadar karena klaim, karena janji, dan ungkapan data yang enggak jelas rujukannya," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.