JAKARTA, KOMPAS.com - Wajah-wajah baru mewarnai deretan calon wakil rakyat dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019. Para caleg baru yang baru merasakan kali pertama bertarung berebut kursi wakil rakyat, baik di tingkat daerah maupun pusat.
Bagaimana strategi mereka menggaet suara pemilih?
Caleg DPR RI dari Partai Golkar untuk Daerah Pemilihan (Dapil) DKI Jakarta II, Christina Aryani, mengungkapkan, ia tidak memposisikan caleg dari partai lain sebagai lawannya.
Dapil tersebut meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan luar negeri.
Wanita yang sudah terjun ke dunia politik sejak tahun 2006 ini justru berpandangan, pertarungan sebenarnya yaitu dengan kader sesama partai.
Baca juga: Cerita Caleg Milenial Bersaing Suara dengan Para Senior di Dapil...
"Karena pertarungan dengan teman saya sendiri, kalau yang lain biar lah, yang jadi permasalahannya adalah (kursi itu) jatuh ke saya apa ke teman saya," kata Christina saat ditemui di Kantor Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Jakarta Timur, Kamis (31/1/2019).
Setiap caleg, kata dia, punya kelebihan masing-masing. Strategi yang dijalankan Christina adalah banyak menyambangi pemilih di luar negeri. Menurut dia, wilayah tersebut menjadi potensi karena tak disentuh oleh caleg petahana.
"Saya banyak membina dapil luar negeri juga karena ternyata dapil luar negeri selama ini tidak digarap sama incumbent," kata dia.
Baca juga: Cerita Caleg: Terjun ke Wilayah Pelosok hingga Sempat Salah Kaprah
Meski memerlukan biaya yang tak sedikit, Christina mengaku hal itu tetap dilakukan karena aspirasi pemilih di luar negeri juga penting untuk didengar.
Cerita lainnya datang dari Dedek Prayudi, caleg DPR RI dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) untuk Dapil Jawa Barat IX.
Sebagai caleg baru dari partai baru, Dedek mengakui, harus bekerja ekstra keras memperkenalkan dirinya dan PSI ke masyarakat di dapil yang meliputi Subang, Majalengka, dan Sumedang itu.
Salah satu metode yang Dedek gunakan adalah menyentuh warga di daerah-daerah yang sebelumnya tidak terjamah.
Dalam kampanyenya, Dedek menyampaikan apa yang dimiliki dan apa yang akan dilakukannya berbeda dari wakil rakyat sebelumnya.
"Terus terang, kami kalau penantang itu harus bermain agak offensive. Memang berkomunikasi kepada mereka (konstituen), kami gali kekecewaan mereka dan dari kekecewaan ini, kami jadikan diri kami koreksi bagi para caleg incumbent," jelas Dedek.
Baca juga: Cerita Caleg: Kampanye Door to Door Sambil Kampanyekan Capres
Sementara itu, caleg DPR RI dari PDI Perjuangan untuk Dapil Lampung I, Brigita Purnawati Manohara, memiliki cerita yang berbeda.
Brigita mendeskripsikan dirinya sebagai caleg "kontrakan" karena baru menjadi kader partai saat pemilu ini. Ia pun tidak memiliki hubungan sama sekali dengan dapilnya.
Oleh karena itu, ia tidak dapat menggunakan jabatan atau struktur partai untuk kampanye. Demikian pula terkait logistik. Mantan jurnalis ini mengaku tak punya logistik yang sebanyak petahana.
Cara kampanye yang dipilih Brigita yaitu dengan membagikan ilmu yang ia miliki kepada masyarakat di dapilnya.
"Mungkin kalau caleg lain mengumpulkan orang hanya untuk menyampaikan visi misi, tapi kalau saya lebih dari itu. Saya berikan ilmu yang saya punya sehingga kalau pun saya tidak dapat suara, saya dapat pahala," ujar Brigita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.