Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satire Jokowi yang Memancing Lawannya...

Kompas.com - 14/01/2019, 07:45 WIB
Jessi Carina,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

Masa penyesuaian itu butuh waktu satu tahun. Baru pada tahun kedua, Jokowi mengerti bagaimana menjalankan birokrasi secara cepat.

Pengalaman ini menjadi bekal Jokowi menjabat Gubernur DKI Jakarta pada 2012 hingga Presiden ke-7 RI pada 2014.

"Karena saya memiliki basic pengalaman di kota dan di provinsi, waktu masuk ke lingkup pengelolaan negara, manajemen negara, ya saya biasa-biasa saja karena sudah memiliki pengalaman itu," ujar Jokowi.

Baca juga: Jokowi-JK Gelontorkan Rp 187,7 Triliun Dana Desa Sejak 2014, Ini Realisasinya

"Di sebuah kota saja, saya memerlukan 1,5 sampai 2 tahun untuk belajar. Apalagi belum punya pengalaman langsung mengelola negara? Butuh waktu berapa tahun, pertanyaan saya?" lanjut dia.

Sandiaga ceritakan pengalaman Prabowo

Sindiran satire Jokowi memancing lawan politiknya untuk berbicara. Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno mengatakan, Prabowo juga punya pengalaman yang tidak boleh dinafikan.

"Pak Prabowo punya pengalaman di bidang militer, di bidang usaha membangun politik. Kami dari partai yang bisa dibilang partai kecil di 2008, beliau sekarang memimpin partai yang besar. Ini perlu kepemimpinan yang betul-betul mumpuni," ujar Sandiaga.

Baca juga: Tanggapi Jokowi, Sandiaga Singgung Pengalaman Prabowo Besarkan Gerindra

Sandiaga mengatakan, pencalonan dirinya dan Prabowo merupakan bentuk demokrasi. Dia dan Prabowo merasa terpanggil untuk membenahi Indonesia karena menilai pemerintah sekarang belum memberi keadilan dan kesejahteraan.

Namun, jika makna ucapan Jokowi adalah hanya yang berpengalaman yang bisa mencalonkan diri, dia menilai itu sangat aneh.

"Akan sangat aneh kalau ada pernyataan tidak boleh mencalonkan diri kalau belum pernah memimpin negara. Berarti hanya presiden sebelumnya yang boleh, sementara Pak SBY sudah dua kali mencalonkan," kata dia.

Baca juga: Klaim Sudah Kunjungi 1.000 Titik, Sandiaga Bilang Buktinya Bisa Dicek di KPU

Sementara itu, Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Priyo Budi Santoso, mengatakan, ucapan Jokowi seolah men-downgrade Prabowo. Menurutnya, Jokowi seolah-olah berpikir hanya dia yang berpengalaman.

Wakil ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Priyo Budi Santoso dalam diskusi Jelang Debat Siapa Hebat di Jakarta, Sabtu (12/1/2019). CHRISTOFORUS RISTIANTO/KOMPAS.com Wakil ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Priyo Budi Santoso dalam diskusi Jelang Debat Siapa Hebat di Jakarta, Sabtu (12/1/2019).

"Jangan menyepelekan Pak Prabowo kurang pengalaman, jangan hanya menyepelekan dan dianggap dituding tidak punya pengalaman," kata Priyo. 

Dianggap keluar dari "style"

Priyo pun bingung Jokowi sampai keluar dari gayanya akibat jengkel terhadap Prabowo. Khususnya terkait pidato Prabowo yang menggunakan frasa "Indonesia punah".

"Saya agak terkejut saja Pak Jokowi keluar dari style-nya beliau. Akhir-akhir ini beliau marah dan jengkel, mengomentari balik terhadap ide-ide besar yang dilakukan dan dipidatokan oleh Pak Prabowo," ujar Priyo.

Baca juga: Sindir Prabowo Lewat Indonesia Punah, Jokowi Dinilai Keluar dari Gayanya Selama Ini

Padahal, kata Priyo, Jokowi sendiri salah kaprah terhadap pidato Prabowo. Jika paham, Jokowi pasti tidak akan jengkel terhadap pidato Prabowo tentang Indonesia punah.

Priyo mengatakan tokoh nasional seperti Bung Hatta pernah mengatakan Indonesia akan tenggelam di dasar lautan jika menjadi embel-embel negara lain. Pidato Prabowo memiliki makna yang sama dengan hal itu.

Sebenarnya, kata Priyo, sebuah kehormatan ketika pidato Prabowo mendapat respons dari Jokowi.

"Tapi sayangnya beliau jengkel dan marah, itu yang kami agak sesalkan. Tetapi, kami tetap menghormati reaksi balik dari Pak Jokowi," kata Priyo.

Kompas TV Lalu apa sesungguhnya maksud pernyataan Jokowi soal pemimpin berpengalaman? Dan apakah betul faktor pengalaman akan menjadi poin tersendiri untuk menjadi pemenang di Pilpres 2019 nanti? Kami akan bahas hal ini bersama anggota Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin, Nusirwan Sujono; Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Muhammad Kholid dan pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com