JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Sekjen PDI-P Tjahjo Kumolo mengenang dan menceritakan kembali bagaimana partainya bisa bertahan selama 10 tahun sebagai kekuatan oposisi saat Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berkuasa.
Cerita itu ia sampaikan menjelang perayaan hari ulang tahun (HUT) PDI-P ke-46 yang akan digelar pada 10 Januari mendatang.
Menurut Tjahjo, masa setelah 2004, dimana PDI-P kalah di pemilu legislatif maupun pemilu presiden, adalah masa pergulatan besar.
Baca juga: Cerita Megawati tentang Sahabat pada Masa-masa Susah PDI-P
Di 2004-2014, PDI-P berada di luar kekuasaan. Sementara godaan untuk menjadi bagian dari kekuasaan sebenarnya sangat besar.
"Kekuatan PDI-P pada masa 10 tahun itu adalah keteguhan untuk tak tergiur kekuasaan. Prinsip yang diajarkan oleh Ibu Megawati adalah, kalau mau berkuasa, ya berjuang merebut kemenangan secara demokratis," kata Tjahjo dalam jumpa pers di Kantor DPP PDI-P, Jakarta, Kamis (3/1/2018).
Maka saat itu, Megawati selaku Ketua Umum PDI-P memerintahkan kepada Tjahjo agar terus menguatkan konsolidasi partai.
Baca juga: Jokowi-Maruf dan 12.000 Kader Disebut Akan Hadiri HUT ke-46 PDI-P
Tumpuannya adalah yang disebut sebagai Tiga Pilar Partai. Yakni kekuatan di struktur hingga pengurus anak ranting; kekuatan di legislatif; dan kekuatan di eksekutif.
Dimulailah proses modernisasi kerja partai. Setiap kader didudukkan di salah satu dari tiga kekuatan itu berdasar hasil penilaian ilmiah. Metode psikotes pun diterapkan.
"Jadi sebelum seseorang didudukkan, akan dicek apakah dia cocok di DPR, eksekutif, atau struktur. Itu pakai psikotes," kata Tjahjo.
Baca juga: Sekjen PDI-P Buka-bukaan Sumber Anggaran Partainya untuk Pemilu 2019
"Sekjen, wasekjen, bekerja menggerakkan dan mengorganisir Tiga Pilar Partai. Termasuk menggerakkan masyarakat dan pemilih. Itulah kunci kekuatan politiknya," tambah dia.
Tjahjo secara khusus bicara mengenai kepemimpinan Megawati. Menurut dia, banyak yang menuding sosok Megawati sebagai pemimpin keras dan otoriter. Faktanya tidak demikian.
Megawati justru adalah sosok demokratis, yang di tiap rapatnya selalu mendorong seluruh peserta menyampaikan pendapat.
"Baru kemudian beliau memutuskan secara bersama dari hasil pembahasan," kata Tjahjo.
Baca juga: Bertambah Rp 11 Miliar, Dana Kampanye PDI-P Jadi Rp 118 Miliar
"Ibu Megawati itu orang yang detil. Beliau tahu siapa-siapa saja pendiri partai, yang berjasa, yang membela, dan siapa pengkhianat partai," tambahnya lagi.
Menurut dia, Megawati pula lah yang memastikan, setelah kemenangan di Pemilu 2014, bahwa perjuangan PDI-P tak boleh berhenti. Menurut Presiden kelima itu, satu kemenangan itu tidak cukup.
Megawati memerintahkan agar jangan terbuai, bahwa selama NKRI ada, maka PDI-P harus tetap bekerja keras menjaganya.
"Maka dengan ultah PDI-P di 10 Januari, mari lawan racun demokrasi, kampanye dan ujaran kebencian, fitnah. Itulah racun demokrasi yang harus kita lawan. Harus kita sampaikan ke aparat penegak hukum. inilah penjahat demokrasi yang harus kita sadarkan," ujarnya.
Baca juga: Cerita Kepala Dinas di Purbalingga Gadaikan SK untuk Suap Beli Mobil Operasional PDI-P
Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto mengamini apa yang disampaikan Tjahjo. Menurut dia, Megawati adalah sosok yang memastikan PDI-P untuk tetap teguh dan kuat walau berada di luar pemerintahan pada 2004-2014. Begitupun peran Tjahjo menjalankan perintah Megawati melaksanakan proses konsolidasi partai.
"Ketika Pak Tjahjo menjadi sekjen terjadilah sebuah dukungan dari rakyat yang positif sehingga PDI-P menang pemilu yang lalu," kata Hasto.