Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Tjahjo Kumolo saat PDI-P 10 Tahun Menjadi Oposisi

Kompas.com - 03/01/2019, 22:00 WIB
Ihsanuddin,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Sekjen PDI-P Tjahjo Kumolo mengenang dan menceritakan kembali bagaimana partainya bisa bertahan selama 10 tahun sebagai kekuatan oposisi saat Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berkuasa.

Cerita itu ia sampaikan menjelang perayaan hari ulang tahun (HUT) PDI-P ke-46 yang akan digelar pada 10 Januari mendatang.

Menurut Tjahjo, masa setelah 2004, dimana PDI-P kalah di pemilu legislatif maupun pemilu presiden, adalah masa pergulatan besar.

Baca juga: Cerita Megawati tentang Sahabat pada Masa-masa Susah PDI-P

 

Di 2004-2014, PDI-P berada di luar kekuasaan. Sementara godaan untuk menjadi bagian dari kekuasaan sebenarnya sangat besar.

"Kekuatan PDI-P pada masa 10 tahun itu adalah keteguhan untuk tak tergiur kekuasaan. Prinsip yang diajarkan oleh Ibu Megawati adalah, kalau mau berkuasa, ya berjuang merebut kemenangan secara demokratis," kata Tjahjo dalam jumpa pers di Kantor DPP PDI-P, Jakarta, Kamis (3/1/2018).

Maka saat itu, Megawati selaku Ketua Umum PDI-P memerintahkan kepada Tjahjo agar terus menguatkan konsolidasi partai.

Baca juga: Jokowi-Maruf dan 12.000 Kader Disebut Akan Hadiri HUT ke-46 PDI-P

 

Tumpuannya adalah yang disebut sebagai Tiga Pilar Partai. Yakni kekuatan di struktur hingga pengurus anak ranting; kekuatan di legislatif; dan kekuatan di eksekutif.

Dimulailah proses modernisasi kerja partai. Setiap kader didudukkan di salah satu dari tiga kekuatan itu berdasar hasil penilaian ilmiah. Metode psikotes pun diterapkan.

"Jadi sebelum seseorang didudukkan, akan dicek apakah dia cocok di DPR, eksekutif, atau struktur. Itu pakai psikotes," kata Tjahjo.

Baca juga: Sekjen PDI-P Buka-bukaan Sumber Anggaran Partainya untuk Pemilu 2019

"Sekjen, wasekjen, bekerja menggerakkan dan mengorganisir Tiga Pilar Partai. Termasuk menggerakkan masyarakat dan pemilih. Itulah kunci kekuatan politiknya," tambah dia.

Tjahjo secara khusus bicara mengenai kepemimpinan Megawati. Menurut dia, banyak yang menuding sosok Megawati sebagai pemimpin keras dan otoriter. Faktanya tidak demikian.

Megawati justru adalah sosok demokratis, yang di tiap rapatnya selalu mendorong seluruh peserta menyampaikan pendapat.

"Baru kemudian beliau memutuskan secara bersama dari hasil pembahasan," kata Tjahjo.

Baca juga: Bertambah Rp 11 Miliar, Dana Kampanye PDI-P Jadi Rp 118 Miliar

"Ibu Megawati itu orang yang detil. Beliau tahu siapa-siapa saja pendiri partai, yang berjasa, yang membela, dan siapa pengkhianat partai," tambahnya lagi.

Menurut dia, Megawati pula lah yang memastikan, setelah kemenangan di Pemilu 2014, bahwa perjuangan PDI-P tak boleh berhenti. Menurut Presiden kelima itu, satu kemenangan itu tidak cukup.

Megawati memerintahkan agar jangan terbuai, bahwa selama NKRI ada, maka PDI-P harus tetap bekerja keras menjaganya.

"Maka dengan ultah PDI-P di 10 Januari, mari lawan racun demokrasi, kampanye dan ujaran kebencian, fitnah. Itulah racun demokrasi yang harus kita lawan. Harus kita sampaikan ke aparat penegak hukum. inilah penjahat demokrasi yang harus kita sadarkan," ujarnya.

Baca juga: Cerita Kepala Dinas di Purbalingga Gadaikan SK untuk Suap Beli Mobil Operasional PDI-P

Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto mengamini apa yang disampaikan Tjahjo. Menurut dia, Megawati adalah sosok yang memastikan PDI-P untuk tetap teguh dan kuat walau berada di luar pemerintahan pada 2004-2014. Begitupun peran Tjahjo menjalankan perintah Megawati melaksanakan proses konsolidasi partai.

"Ketika Pak Tjahjo menjadi sekjen terjadilah sebuah dukungan dari rakyat yang positif sehingga PDI-P menang pemilu yang lalu," kata Hasto.

Kompas TV Calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo, mengunjungi kediaman calon wakil presiden pasangannya, Ma&#39;ruf Amin, Jumat (28/12) siang ini. Jokowi menyebut, ia hadir memenuhi undangan makan siang dari Ma&#39;ruf.<br /> <br /> Joko Widodo, tiba di kediaman pribadi Ma&#39;ruf Amin di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, didampingi politisi senior PDI Perjuangan, Pramono Anung.Sebelum memulai pertemuan yang digelar tertutup itu, Jokowi bersantap siang bersama Ma&#39;ruf Amin, dengan menu ikan bakar, pecel, dan ragam sajian masakan khas nusantara lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Nasional
Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Nasional
Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Nasional
Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Nasional
Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Nasional
Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com