KOMPAS.com – Beragam jenis bencana melanda Indonesia sejak awal hingga akhir tahun 2018 ini. Titik persebarannya pun sangat beragam, mulai dari barat, tengah, hingga bagian timur negeri ini tidak luput terkena.
Bencana hidrometeorologi dan geologi yang terjadi tidak hanya menimbulkan kerusakan dan kerugian material di sana-sini, namun juga korban jiwa dan trauma psikis masyarakatnya.
Berikut ini, sejumlah bencana alam besar dilihat dari kekuatan bencana dan akibat yang ditimbulkan selama tahun 2018 yang dihimpun Kompas.com berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana:
Belum genap sebulan tahun 2018 dimulai, tepatnya pada 23 Januari 2018 siang, gempa mengguncang wilayah Lebak, Banten dengan magnitudo 6,1.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akibat kejadian ini, satu orang meninggal dunia, 1.018 jiwa diungsikan, dan 8.467 unit rumah diketahui mengalami kerusakan, mulai dari rusak ringan, sedang, hingga berat.
Kerusakan bangunan banyak terjadi di Kabupaten Sukabumi dan Bogor, Jawa Barat karena wilayahnya yang berdekatan dengan Lebak sebagai episentrum gempa.
Baca juga: Gempa Lebak, Ratusan Bangunan di Jabar Rusak, 8 Orang Luka-luka
Sebulan berselang, bencana tanah longsor terjadi di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Kamis 22 Februari 2018 pada pukul 08.45 WIB.
Akibat kejadian ini, 11 orang dinyatakan meninggal dunia, tujuh orang hilang tertimbun dan hanyut, sementara empat lainnya mengalami luka-luka.
Pencarian atas tujuh korban hilang akhirnya dihentikan sepekan kemudian pada 28 Februari 2018 atas persetujuan pihak keluarga saat berunding dengan para tim pencari. Hal itu sesuai dengan prosedur pencarian korban dalam bencana, yakni selama tujuh hari.
Baca juga: BNPB Ralat Jumlah Korban Hilang di Longsor Brebes Jadi 13 Orang
Pada pertengahan tahun, selama bulan Juli gempa besar mengguncang bagian tengah Indonesia, tepatnya Pulau Lombok dalam rentang waktu yang cukup panjang.
Gempa pertama terjadi pada tanggal 29 Juli 2018 dengan kekuatan Magnitudo 6,4 dan guncangannya terasa hingga Bali dan Sumbawa.
Gempa-gempa susulan pun terjadi dalam waktu yang panjang setelah itu, ada dengan kekuatan lebih kecil, ada juga dengan kekuatan yang lebih besar.
Dari bencana berkepanjangan itu, total 564 orang meninggal dunia, sebagian besar berasal dari wilayah Kabupaten Lombok Utara dan Barat.
Selain korban meninggal, 1.886 orang mengalami luka-luka, dan belasan ribu lainnya terpaksa menjadi pengungsi karena rumah mereka hancur atau rawan runtuh jika terjadi gempa susulan.
Baca juga: 4 Bulan Pasca-gempa Lombok, Ini Perkembangan Penanganannya
Kerusakan infrastruktur terjadi di banyak titik, mulai jalan raya, bangunan, listrik, sinyal komunikasi, dan sebagainya. Untuk jumlah hunian yang rusak mencapai 149.715 unit mulai dari rusak ringan hingga rusak total rata dengan tanah.
Meskipun terjadi dalam waktu panjang dan memakan korban yang tidak sedikit, gempa di Lombok ini tidak ditetapkan sebagai bencana nasional oleh Presiden, karena penanganannya masih dapat diselesaikan oleh pusat.
Setelah Lombok, bencana besar kembali terjadi di Indonesia, kali ini bergerak ke utara, tepatnya di Sulawesi Tengah.
Gempa besar, tsunami, dan likuefaksi memporakporandakan kota Palu, Donggala, dan beberapa wilayah lain di provinsi itu.
Rentetan bencana alam itu diawali dengan gempa berkekuatan magnitude 7,4 yang terjadi di kedalaman 10 kilometer di jalur Sesar Palu Koro pada 28 September 2018 pukul 17.02 sore.
Akibat guncangan besar itu, terdapat pergerakan tanah atau yang kemudian disebut dengan likuifaksi di wilayah Desa Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu. Kejadian ini menenggelamkan sejumlah orang yang ada di atasnya ke dalam luapan lumpur yang muncul dari dalam perut bumi.
Tak lama kemudian, peringatan tsunami dikeluarkan oleh BNPB meski akhirnya peringatan tersebut dicabut.
Akan tetapi, pada pukul 17.22 Wita gelombang tsunami setinggi 6 meter benar-benar terjadi dan melibas wilayah kota Palu, Sigi, dan Donggala dan beberapa wilayah di sekitarnya.
Dari tiga rangkaian bencana ini, total 2.201 jiwa kehilangan nyawa, 1.373 tidak ditemukan, 4.438 mengalami luka-luka, 221.450 jiwa mengungsi, dan 68.451 unit rumah rusak.
BNPB mengumumkan kerugian akibat bencana alam dahsyat itu diperkirakan sebesar Rp 13,82 triliun.
Baca juga: Korban Tewas akibat Bencana Sulteng Jadi 2.073, Palu Paling Banyak
Kemudian bencana kembali terjadi di bulan Oktober, tepatnya pada 12 Oktober 2018 berupa banjir bandang di sejumlah kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Air bah datang menyapu kawasan tersebut, dan menghilangkan 17 orang meninggal, 500 warga mengungsi, dan puluhan rumah juga fasilitas umum rusak karena hancur atau hanyut.
Banjir bandang itu disebabkan curah hujan tinggi yang terjadi hingga sungai Aek Saladi tidak lagi mampu menampung debit air yang ada.
Dari gambar-gambar yang beredar, sejumlah besar gelondongan kayu hanyut dan menghantam bangunan milik warga.
Baca juga: Banjir Bandang di Mandailing Natal, Kayu Berserakan, Batu Besar Bertumpuk di Sana Sini
Terakhir, angin puting beliung terjadi di Bogor, Jawa Barat pada 6 Desember 2018. Peristiwa itu terjadi pada sore hari pukul 15.00 WIB.
Seorang warga diketahui menjadi korban keganasan angina ini. Eni Retno (46) tewas di dalam mobil, tertimpa batang pohon saat menjemput anaknya pulang sekolah.
Selain itu, tiga orang mengalami luka-luka dan 942 lainnya mengungsi. Angin ini juga merusak 1.700 unit rumah, mulai dari tingkat ringan hingga berat.
Rilis yang dikeluarkan BNPB menyatakan dari semua kejadian bencana yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia tahun ini memakan 4.23 korban meninggal/hilang, kemudian 6.948 orang luka-luka, 9,9 juta orang mengungsi dan terdampak, serta 374.023 unit rumah rusak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.