Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Diharapkan Kritis Melihat Kebijakan Lingkungan Hidup Peserta Pilkada

Kompas.com - 29/05/2018, 09:40 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Departemen Kampanye dan Perluasan Jaringan Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Khalisa Khalid menuturkan, relasi kekuasaan ekonomi dalam tambang dan kekuasaan politik saling menguntungkan.

Bahkan, relasi itu seringkali tak menguntungkan rakyat dan lingkungan hidup.

Oleh karena itu, ia berharap agar masyarakat sipil perlu memperkuat daya kritisnya dalam melihat berbagai kebijakan lingkungan hidup dari peserta Pilkada.

"Agenda politik ini adalah selain kita punya hak pilih, kita bisa menggunakan daya kritis kita ketika misalnya menggunakan hak pilih. Jika tak ada keselamatan rakyat dan lingkungan ya tidak usah mencoblos mereka," kata Khalisa dalam diskusi bertajuk Tambang Tunggangi Politik Indonesia di Kafe Diskaz Rumah Pekerja, Jakarta, Senin (28/5/2018).

Baca juga: Krisis Ekologis Dianggap Belum Jadi Perhatian Utama Peserta Pilkada

Menurut Khalisa, salah satu pendanaan politik yang paling mudah didapatkan adalah dari industri atau perusahaan pertambangan.

Pasalnya, mereka mampu memberikan pendanaan dalam jumlah besar kepada para calon kepala daerah.

Industri atau perusahaan mengharapkan imbalan berupa pemberian atau perpanjangan izin tambang.

"Dia gampang banget didapatkan karena ya tinggal gali bisa dapetin dan diuntungkan regulasi kita yang banyak bolongnya," katanya.

Baca juga: Pimpinan KPK Heran Banyak Pengusaha Tambang Abaikan Rekomendasi

Padahal, kata dia, semangat desentralisasi atau otonomi daerah seharusnya membangun kedekatan antara rakyat dan kepala daerah.

Sehingga ketika ada krisis lingkungan hidup yang juga mengancam keberlangsungan hidup rakyat, kepala daerah bisa bertindak cepat menangani krisis tersebut.

"Kita dulu tahu sentralisasi kekuasaan itu membawa banyak konflik, sehingga desentralisasi pengelolaan SDA di masa itu membawa desentralisasi agar rakyat bisa memiliki kontrol terhadap SDA-nya," ujar Khalisa.

Namun demikian, politik elektoral di Indonesia dibajak oleh kekuatan ekonomi kapitalistik, khususnya industri pertambangan.

Baca juga: Investor Dipastikan Tetap Lirik Tambang Indonesia meski Ada Teror Bom

Politik elektoral, kata Khalisa, dijadikan celah oleh industri atau perusahaan untuk memanfaatkan calon kepala daerah.

"Meskipun bukan sebagai negara perang, Indonesia hampir setiap hari ada pengungsi ekologis. Nah ini fakta yang harus membuka mata kita, mata kepala daerah dan calon pemimpin bahwa situasi ini perlu diperhatikan," kata dia.

 

Tak jadi perbincangan utama

Halaman:


Terkini Lainnya

PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

Nasional
Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Nasional
KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

Nasional
Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Nasional
KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

Nasional
KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

Nasional
Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Nasional
Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Nasional
Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nasional
Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Nasional
Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Ide "Presidential Club" Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Nasional
Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non-Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non-Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com