JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdhatul Ulama Helmy Faishal Zaini angkat bicara perihal penyerangan terhadap jemaah Ahmadiyah di Lombok Timur pada Sabtu (19/5/2018) dan Minggu (20/5/2018).
Menurut Helmy, sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, PBNU meyakini Islam tidak pernah membenarkan cara-cara kekerasan untuk menyelesaikan persoalan, apa pun alasannya.
"Islam mengajarkan kedamaian. Jika ada perbedaan, kedepankan tabayyun (konfirmasi) dan dialog," jelas Helmy dalam keterangannya, Selas (22/5/2018).
Karena itu semestinya penyerangan tersebut tak boleh terjadi. Helmy mengatakan, perbedaan yang ada sebaiknya diselesaikan dengan cara yang arif dan bijaksana.
"Islam mengajarkan metode berdakwah, bahwa dakwah itu harus dialogis, dengan hikmah dan juga perdebatan yang santun. Bukan dengan kekerasan," ujar Helmy.
Baca juga: Komnas HAM Desak Polisi Tindak Perusak Rumah Warga Ahmadiyah
Helmy juga menyebut, peristiwa yang menimpa jemaah Ahmadiyah tersebut terjadi lantaran minimnya atau bahkan nihilnya dialog.
"Apa pun yang terjadi, dialog dan musyawarah harus dikedepankan untuk masa depan yang lebih damai dalam kebinekaan," ujar Helmy.
Pengikut jemaah Ahmadiyah di Lombok Timur diserang oleh massa pada Sabtu dan Minggu kemarin. Penyerangan tersebut mengakibatkan sejumlah rumah rusak, dan sepeda motor hancur.
Baca juga: Jemaat Ahmadiyah Merasa Jadi Komoditas Kepentingan Tertentu
Puluhan orang jemaah Ahmadiyah bahkan harus dievakuasi oleh aparat ke Kantor Polres Lombok Timur.
Kapolres Lombok Timur AKBP M Eka Fathurhaman mengatakan, pihaknya akan mengupayakan penegakan hukum atas kejadian tersebut.
Menurut Eka, belasan orang sudah diperiksa polisi. Pihaknya mengupayakan penegakan hukum secepatnya.