Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Amien Rais soal 20 Mei 1998 dan Jakarta yang Mencekam...

Kompas.com - 22/05/2018, 09:54 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tokoh reformasi Amien Rais ikut bercerita mengenai pengalamannya terkait perjalanan Reformasi 1998 pada 20 tahun silam.

Hal itu disampaikan Amien dalam Peringatan 20 Tahun Reformasi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (21/5/2018).

Sehari setelah mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR, tepatnya pada 19 Mei 1998, Amien Rais ditelepon oleh seorang petinggi TNI.

Hari sudah malam. Amien menceritakan, saat itu ia dihubungi seorang jenderal bintang dua yang ia lupa namanya.

"Saya ditelepon dari Cilangkap. Saya betul-betul lupa namanya. 'Pak Amien Rais, saya Mayjen ini, jadi Pak Amien, tolong 20 Mei yang akan dijadikan syukuran reformasi di Monas, itu tolong dibatalkan'," kata Amien menirukan ucapan Sang Jenderal.

Baca juga: 21 Mei 1998, Saat Soeharto Dijatuhkan Gerakan Reformasi...

Saat itu, kata Amien, jenderal tersebut mengaku telah diperintah untuk membubarkan massa yang berniat berkumpul di Monas.

Lapangan Monas memang direncanakan menjadi lokasi berkumpulnya massa pada 20 Mei 1998 untuk menuntut Soharto mundur dari kursi kepresidenan.

Seperti Tiananmen

Tanggal 20 Mei 1998 dipilih untuk melakukan "people power", sekaligus untuk memperingati 90 tahun Hari Kebangkitan Nasional.

Namun, Amien melanjutkan, tak tanggung-tanggung, jenderal itu mengatakan bahwa tentara tak segan menggunakan cara pembubaran massa seperti Peristiwa Tiananmen.

Dalam tragedi yang terjadi di China pada 1989 itu, demonstrasi mahasiswa dibubarkan oleh tentara hingga menyebabkan korban jiwa. Peristiwa itu menjadi dikenal dunia dengan foto ikonik mahasiswa yang mengadang tank.

Amien lantas menyampaikan informasi tersebut kepada para mahasiswa yang sudah menguasai gedung DPR/MPR. Ketua PP Muhammadiyah pada 1998 itu tak ingin terjadi pertumpahan darah.

Saat hari sudah berganti, sekitar pukul 02.00 WIB, 20 Mei 1998, Amien yang masih mengenakan sarung dan kemeja batik bergegas menuju Monas.

Sesampainya di Monas ia melihat kawat berduri, para tentara, dan panser sudah berjejer memagari Monas.

Baca juga: Saat Soeharto "Ngotot" Pergi ke Mesir di Kala Negara Sedang Darurat

Suasana Jakarta ketika pada 20 Mei 1998, menjelang jatuhnya Presiden SoehartoJOHNNY TG (JPE) Suasana Jakarta ketika pada 20 Mei 1998, menjelang jatuhnya Presiden Soeharto
Amien Rais lantas mendatangi sekumpulan tentara yang berjaga. Amien menanyakan apakah benar tentara akan membubarkan massa yang berkumpul pagi nanti.

"Saya mau tanya ke Anda semua, instruksinya apa?" tanya Amien.

"Pak Amien, kami belum ada instruksi. Tapi sudah disuruh berjaga di Monas ini. Semua pintu masuk ke Monas sudah dijaga dengan beberapa tank, panser, dan juga gulungan kawat berduri," ujar Amien menirukan jawaban tentara tersebut.

Akhirnya pukul 04.00 WIB, Amien dan sejumlah tokoh reformasi lainnya mengadakan konferensi pers. Mereka memindahkan lokasi demonstrasi ke gedung DPR/MPR, yang memang sudah dikuasai mahasiswa sejak 18 Mei 1998.

Baca: 20 Tahun Reformasi, Kisah Mahasiswa Kuasai Gedung DPR pada 18 Mei 1998

"Saya mengatakan, 'Saudara-suadara, para peserta yang akan datang ke Monas untuk syukuran reformasi, kalau ada orang yang paling kecewa dengan apa yang saya katakan adalah saya sendiri'," kata Amien.

"Karena kita sebaiknya membatalkan syukuran reformasi di Monas itu agar tidak terjadi pertumpahan darah. Sebagai gantinya mungkin kita berkumpul di MPR dan di sana bisa lebih terawasi," ucap Amien, menceritakan detik-detik menegangkan peristiwa reformasi.

Kendaraan tempur milik TNI terlihat berjaga di Lapangan Monumen Nasional pada 20 Mei 1998, menjelang jatuhnya Soeharto.KOMPAS/Johnny TG Kendaraan tempur milik TNI terlihat berjaga di Lapangan Monumen Nasional pada 20 Mei 1998, menjelang jatuhnya Soeharto.
Jakarta mencekam

Pada 20 Mei 1998 itu Jakarta memang terasa mencekam setelah Amien Rais menyerukan masyarakat untuk berkumpul di Monas dalam memperingati Hari Kebangkitan Nasional.

Rencana berkumpul di Monas ini merupakan reaksi atas sikap Soeharto yang berupaya mempertahankan kekuasaannya.

Setelah mahasiswa menguasai gedung DPR/MPR, pimpinan DPR yang diketuai Harmoko meminta Soeharto untuk mundur. Namun, Soeharto bertahan. Dia bahkan berencana untuk membentuk Komite Reformasi dan merombak kabinet sebagai masa transisi hingga pemilu berikutnya.

Namun, sikap Soeharto ini membuat tokoh reformasi dan mahasiswa menjadi gemas. Atas dasar itulah muncul rencana untuk berkumpul dan menuntut Soeharto mundur.

Jakarta saat itu sontak dipenuhi penjagaan tentara. Tank-tank diturunkan hingga ke jalan protokol. Barikade kawat berduri dipasang untuk menjaga obyek vital di Ibu Kota.

Jalanan lengang. Jakarta terasa seperti kota yang bersiap untuk menjadi ajang pertempuran.

Baca: Mencekamnya Jakarta pada Hari Terakhir Berkuasanya Soeharto...

Namun, aksi itu kemudian dibatalkan. Kejutan malah berasal dari Gedung Bappenas, yang juga tak jauh dari Bundaran Hotel Indonesia.

Di Gedung Bappenas, 14 menteri di bawah koordinasi Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita berkumpul. Mereka kemudian membuat pernyataan tertulis yang isinya menolak untuk bergabung dalam kabinet hasil perombakan, atau masuk dalam Komite Reformasi.

Baca: Kisah Soeharto Ditolak 14 Menteri dan Isu Mundurnya Wapres Habibie...

Penolakan itu menyudutkan posisi Soeharto. Sebab sejumlah tokoh seperti Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid, dan Emha Ainun Nadjib telah menolak bergabung dalam Komite Reformasi.

Sejumlah penolakan itu yang membuat Soeharto sadar bahwa posisinya semakin terjepit. Karena itu, pada 20 Mei 1998 malam, Soeharto pun membulatkan tekad untuk mundur.

Pernyataan mundur itu kemudian dibacakan Soeharto pada 21 Mei 1998 di Istana Merdeka. Selain itu, Bapak Pembangunan itu menyerahkan kekuasaan kepresidenan kepada Wakil Presiden BJ Habibie.

Kompas TV Pada 21 Mei, Indonesia akan memperingati 20 tahun orde reformasi.

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com