Salin Artikel

Cerita Amien Rais soal 20 Mei 1998 dan Jakarta yang Mencekam...

Hal itu disampaikan Amien dalam Peringatan 20 Tahun Reformasi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (21/5/2018).

Sehari setelah mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR, tepatnya pada 19 Mei 1998, Amien Rais ditelepon oleh seorang petinggi TNI.

Hari sudah malam. Amien menceritakan, saat itu ia dihubungi seorang jenderal bintang dua yang ia lupa namanya.

"Saya ditelepon dari Cilangkap. Saya betul-betul lupa namanya. 'Pak Amien Rais, saya Mayjen ini, jadi Pak Amien, tolong 20 Mei yang akan dijadikan syukuran reformasi di Monas, itu tolong dibatalkan'," kata Amien menirukan ucapan Sang Jenderal.

Saat itu, kata Amien, jenderal tersebut mengaku telah diperintah untuk membubarkan massa yang berniat berkumpul di Monas.

Lapangan Monas memang direncanakan menjadi lokasi berkumpulnya massa pada 20 Mei 1998 untuk menuntut Soharto mundur dari kursi kepresidenan.

Seperti Tiananmen

Tanggal 20 Mei 1998 dipilih untuk melakukan "people power", sekaligus untuk memperingati 90 tahun Hari Kebangkitan Nasional.

Namun, Amien melanjutkan, tak tanggung-tanggung, jenderal itu mengatakan bahwa tentara tak segan menggunakan cara pembubaran massa seperti Peristiwa Tiananmen.

Dalam tragedi yang terjadi di China pada 1989 itu, demonstrasi mahasiswa dibubarkan oleh tentara hingga menyebabkan korban jiwa. Peristiwa itu menjadi dikenal dunia dengan foto ikonik mahasiswa yang mengadang tank.

Amien lantas menyampaikan informasi tersebut kepada para mahasiswa yang sudah menguasai gedung DPR/MPR. Ketua PP Muhammadiyah pada 1998 itu tak ingin terjadi pertumpahan darah.

Saat hari sudah berganti, sekitar pukul 02.00 WIB, 20 Mei 1998, Amien yang masih mengenakan sarung dan kemeja batik bergegas menuju Monas.

Sesampainya di Monas ia melihat kawat berduri, para tentara, dan panser sudah berjejer memagari Monas.

"Saya mau tanya ke Anda semua, instruksinya apa?" tanya Amien.

"Pak Amien, kami belum ada instruksi. Tapi sudah disuruh berjaga di Monas ini. Semua pintu masuk ke Monas sudah dijaga dengan beberapa tank, panser, dan juga gulungan kawat berduri," ujar Amien menirukan jawaban tentara tersebut.

Akhirnya pukul 04.00 WIB, Amien dan sejumlah tokoh reformasi lainnya mengadakan konferensi pers. Mereka memindahkan lokasi demonstrasi ke gedung DPR/MPR, yang memang sudah dikuasai mahasiswa sejak 18 Mei 1998.

Baca: 20 Tahun Reformasi, Kisah Mahasiswa Kuasai Gedung DPR pada 18 Mei 1998

"Saya mengatakan, 'Saudara-suadara, para peserta yang akan datang ke Monas untuk syukuran reformasi, kalau ada orang yang paling kecewa dengan apa yang saya katakan adalah saya sendiri'," kata Amien.

"Karena kita sebaiknya membatalkan syukuran reformasi di Monas itu agar tidak terjadi pertumpahan darah. Sebagai gantinya mungkin kita berkumpul di MPR dan di sana bisa lebih terawasi," ucap Amien, menceritakan detik-detik menegangkan peristiwa reformasi.

Pada 20 Mei 1998 itu Jakarta memang terasa mencekam setelah Amien Rais menyerukan masyarakat untuk berkumpul di Monas dalam memperingati Hari Kebangkitan Nasional.

Rencana berkumpul di Monas ini merupakan reaksi atas sikap Soeharto yang berupaya mempertahankan kekuasaannya.

Setelah mahasiswa menguasai gedung DPR/MPR, pimpinan DPR yang diketuai Harmoko meminta Soeharto untuk mundur. Namun, Soeharto bertahan. Dia bahkan berencana untuk membentuk Komite Reformasi dan merombak kabinet sebagai masa transisi hingga pemilu berikutnya.

Namun, sikap Soeharto ini membuat tokoh reformasi dan mahasiswa menjadi gemas. Atas dasar itulah muncul rencana untuk berkumpul dan menuntut Soeharto mundur.

Jakarta saat itu sontak dipenuhi penjagaan tentara. Tank-tank diturunkan hingga ke jalan protokol. Barikade kawat berduri dipasang untuk menjaga obyek vital di Ibu Kota.

Jalanan lengang. Jakarta terasa seperti kota yang bersiap untuk menjadi ajang pertempuran.

Baca: Mencekamnya Jakarta pada Hari Terakhir Berkuasanya Soeharto...

Namun, aksi itu kemudian dibatalkan. Kejutan malah berasal dari Gedung Bappenas, yang juga tak jauh dari Bundaran Hotel Indonesia.

Di Gedung Bappenas, 14 menteri di bawah koordinasi Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita berkumpul. Mereka kemudian membuat pernyataan tertulis yang isinya menolak untuk bergabung dalam kabinet hasil perombakan, atau masuk dalam Komite Reformasi.

Baca: Kisah Soeharto Ditolak 14 Menteri dan Isu Mundurnya Wapres Habibie...

Penolakan itu menyudutkan posisi Soeharto. Sebab sejumlah tokoh seperti Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid, dan Emha Ainun Nadjib telah menolak bergabung dalam Komite Reformasi.

Sejumlah penolakan itu yang membuat Soeharto sadar bahwa posisinya semakin terjepit. Karena itu, pada 20 Mei 1998 malam, Soeharto pun membulatkan tekad untuk mundur.

Pernyataan mundur itu kemudian dibacakan Soeharto pada 21 Mei 1998 di Istana Merdeka. Selain itu, Bapak Pembangunan itu menyerahkan kekuasaan kepresidenan kepada Wakil Presiden BJ Habibie.

https://nasional.kompas.com/read/2018/05/22/09542141/cerita-amien-rais-soal-20-mei-1998-dan-jakarta-yang-mencekam

Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke