Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertemuan Luhut-Prabowo Bahas Sawit, Indonesia 2030, dan Pilpres

Kompas.com - 09/04/2018, 13:26 WIB
Kristian Erdianto,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengungkapkan isi pembicaraan antara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Pertemuan tersebut terjadi di sebuah restoran, di salah satu hotel bintang lima di Jakarta, Jumat (6/4/2018) kemarin.

Menurut Fadli, pertemuan tersebut keduanya membahas kebijakan Uni Eropa terkait penggunaan minyak sawit.

Parlemen Eropa dalam voting tanggal 18 Januari 2018 menyetujui proposal UU energi terbarukan, termasuk melarang penggunaan minyak sawit untuk biodiesel mulai tahun 2021.

Baca juga : Luhut Senang jika Prabowo Kembali Maju Pilpres Lawan Jokowi

Pelarangan minyak sawit karena Uni Eropa menilai masih menciptakan banyak masalah dari deforestasi, korupsi, pekerja anak, sampai pelanggaran HAM.

"Pertemuan antara lain berbicara tentang masalah yang dihadapi oleh pemerintah soal kelapa sawit ya. Kencangnya Uni Eropa untuk melarang sawit kita yang merupakan bagian dari politik dagang mereka juga," ujar Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (9/4/2018).

"Pak Prabowo kan juga punya networking juga di Eropa untuk mendukung melalui orang-orang simpatisan kita yang pro Indonesia di eropa supaya bisa memberikan dukungan pada sawit kita supaya tidak diperlakukan seperti sekarang ini," tuturnya.

Baca juga : Fadli Zon: Deklarasi Prabowo Jadi Capres 2019 Masih Perlu Konsolidasi

Fadli juga menuturkan bahwa dalam pertemuan tersebut Luhut menanyakan soal kesiapan Prabowo untuk maju sebagai capres di Pilpres 2019.

"Dan saya kira jawabannya Pak Luhut juga sepeti yang juga disampaikan, mendukung saja sebagai kolega," kata Fadli.

Selain itu, lanjut Fadli, keduanya juga sempat membahas pernyataan Prabowo yang memprediksi Indonesia bubar tahun 2030 dengan mendasarkan pada karya fiksi "Ghost Fleet".

Menurut Fadli, dengan latar belakang yang sama sebagai tentara, Luhut sangat mengerti bahwa yang disampaikan Prabowo terkati geopolitik dan geostrategi Indonesia ke depannya.

Baca juga : PDI-P Anggap Pertemuan Luhut dan Prabowo Penting untuk Jaga Silaturahmi

"Mereka sama-sama tentara tentu bisa mengerti yang namanya geopolitik, geostrategi ke depan jadi apa yang disampaikan Pak Prabowo itu meskipun mengambil dari fiksi Ghost Fleet ya, tetapi yang non fiksi juga sebenarnya banyak cuma kita enggak sebutkan saja dari mana," kata Fadli.

Sementara itu, Fadli membantah dalam pertemuan tersebut Luhut mengajak Gerindra untuk berkoalisi mendukung Presiden Joko Widodo.

Ia menegaskan bahwa Gerindra akan mengusung platform yang berbeda dari pemerintah. Bahkan ia menyebut beberapa kebijakan pemerintah saat ini tidak pro terhadap rakyat.

"Kita kan mau mengusung platform yang berbeda, jadi formula yang berbeda dari pemerintah sekarang yang membuat sulit masyarakat dari sisi ekonomi," kata Wakil Ketua DPR itu.

Kompas TV Sohibul Iman menyatakan 11 April mendatang Prabowo Subianto akan mendeklarasikan diri sebagai capres.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kecelakaan Bus di Subang, Kompolnas Sebut PO Bus Bisa Kena Sanksi jika Terbukti Lakukan Kesalahan

Kecelakaan Bus di Subang, Kompolnas Sebut PO Bus Bisa Kena Sanksi jika Terbukti Lakukan Kesalahan

Nasional
Jokowi Klaim Kenaikan Harga Beras RI Lebih Rendah dari Negara Lain

Jokowi Klaim Kenaikan Harga Beras RI Lebih Rendah dari Negara Lain

Nasional
Layani Jemaah Haji, KKHI Madinah Siapkan UGD dan 10 Ambulans

Layani Jemaah Haji, KKHI Madinah Siapkan UGD dan 10 Ambulans

Nasional
Saksi Sebut Kumpulkan Uang Rp 600 juta dari Sisa Anggaran Rapat untuk SYL Kunjungan ke Brasil

Saksi Sebut Kumpulkan Uang Rp 600 juta dari Sisa Anggaran Rapat untuk SYL Kunjungan ke Brasil

Nasional
Soal Posisi Jampidum Baru, Kejagung: Sudah Ditunjuk Pelaksana Tugas

Soal Posisi Jampidum Baru, Kejagung: Sudah Ditunjuk Pelaksana Tugas

Nasional
KPK Diusulkan Tidak Rekrut Penyidik dari Instansi Lain, Kejagung Tak Masalah

KPK Diusulkan Tidak Rekrut Penyidik dari Instansi Lain, Kejagung Tak Masalah

Nasional
Jokowi Tekankan Pentingnya Alat Kesehatan Modern di RS dan Puskesmas

Jokowi Tekankan Pentingnya Alat Kesehatan Modern di RS dan Puskesmas

Nasional
100.000-an Jemaah Umrah Belum Kembali, Beberapa Diduga Akan Berhaji Tanpa Visa Resmi

100.000-an Jemaah Umrah Belum Kembali, Beberapa Diduga Akan Berhaji Tanpa Visa Resmi

Nasional
KPU Bantah Lebih dari 16.000 Suara PPP Hilang di Sumut

KPU Bantah Lebih dari 16.000 Suara PPP Hilang di Sumut

Nasional
Tata Kelola Makan Siang Gratis

Tata Kelola Makan Siang Gratis

Nasional
Sandiaga Sebut Pungli di Masjid Istiqlal Segera Ditindak, Disiapkan untuk Kunjungan Paus Fransiskus

Sandiaga Sebut Pungli di Masjid Istiqlal Segera Ditindak, Disiapkan untuk Kunjungan Paus Fransiskus

Nasional
Pakar Ingatkan Jokowi, Pimpinan KPK Tidak Harus dari Kejaksaan dan Polri

Pakar Ingatkan Jokowi, Pimpinan KPK Tidak Harus dari Kejaksaan dan Polri

Nasional
Kritik Haji Ilegal, PBNU: Merampas Hak Kenyamanan Jemaah

Kritik Haji Ilegal, PBNU: Merampas Hak Kenyamanan Jemaah

Nasional
Jokowi Puji Pelayanan Kesehatan di RSUD Baharuddin Kabupaten Muna

Jokowi Puji Pelayanan Kesehatan di RSUD Baharuddin Kabupaten Muna

Nasional
KPK Siap Hadapi Gugatan Praperadilan Gus Muhdlor Senin Hari Ini

KPK Siap Hadapi Gugatan Praperadilan Gus Muhdlor Senin Hari Ini

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com