Bahkan, untuk menjadi peserta Pemilu 2019, mereka harus memenuhi persyaratan yang dinilainya sangat berat.
"Persyaratan yang mahaberat yang dibuat para senior di parlemen berhasil kami patahkan. Akhirnya kami berhasil menjadi peserta pemilu," kata Grace disambut riuh pendukungnya.
Grace kembali memberikan pernyataan tegas ketika mengatakan bahwa dua hal yang menjadi fokus perjuangan PSI adalah menghapus korupsi dan intoleransi.
Oleh karena itu, kata Grace, PSI menetapkan rekrutmen terbuka yang transparan dan profesional.
"Kami mencari orang yang tidak akan merampok uang negara karena proses rekrutmen yang tidak jelas," katanya.
Grace menegaskan, untuk menjadi bagian dari PSI, tidak dibutuhkan mahar. Ada dua hal yang berlaku dalam seleksi terbuka PSI, yaitu kompetensi dan integritas.
Baca juga: PSI: Kita Perlu Punya Lebih Banyak Negarawan di DPR
"Dengan nomor 11, kami siap memenangi pemilu dengan mengisi kursi-kursi parlemen. Tidak akan merampok uang rakyat dan tidak akan membentengi diri dari kritik," ujar Grace.
Pemilu 2019
Menjelang Pemilihan Presiden 2019, PSI sudah menyatakan dukungannya kepada Presiden Joko Widodo untuk meneruskan kepemimpinan dua periode.
Sementara dalam pemilu legislatif, sebagai pendatang baru, PSI memasang target cukup tinggi, yakni minimal 20 persen kursi DPR.
Dengan demikian, PSI bisa melewati ambang batas pencalonan presiden yang diatur dalam UU Pemilu. PSI juga berharap bisa mengusung calon presiden sendiri pada pemilu berikutnya.
"Karena presidential threshold berdasarkan UU Pemilu 20 persen, PSI menargetkan untuk bisa meraih 20 persen kursi," kata Grace, Selasa (10/9/2017).
Grace mengakui, sebagai partai politik baru, target tersebut sangat ambisius. Namun, ia optimistis target tersebut bisa tercapai di tengah minimnya kepercayaan masyarakat terhadap partai lama.
Meski demikian, survei terakhir yang dirilis berbagai lembaga menyatakan bahwa suara PSI masih berada di kisaran 1 persen.
Survei terakhir Poltracking pada 27 Januari-3 Februari 2018 menunjukkan bahwa elektabilitas PSI masih 1,1 persen. Angka ini sudah melampaui elektabilitas partai yang lebih dulu berkiprah, seperti PBB dan PKPI.