Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2017, Tahun Kelam untuk Novel Baswedan dan Pemberantasan Korupsi

Kompas.com - 31/12/2017, 20:29 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun 2017 menjadi tahun kelam bagi penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Pada 11 April lalu, Novel yang baru pulang shalat Subuh dari masjid di dekat rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, diserang oleh dua orang tak dikenal.

Dengan menggunakan sepeda motor, kedua orang itu menyiramkan air keras ke wajah Novel. Penyidik dalam kasus korupsi proyek E-KTP ini pun harus dilarikan ke Singapura untuk menjalani penyembuhan di bagian wajah dan matanya.

Sampai penghujung tahun 2017 berakhir, luka-luka di wajah Novel sudah mulai sembuh. Namun begitu, polisi tak juga berhasil menemukan pelaku penyerangan.

Berbagai cara ditempuh kepolisian untuk mengusut kasus ini. Polisi sudah membentuk tim berisi ratusan personel dari polres, polda dibantu Mabes Polri. Polisi juga meminta bantuan Australia Federal Police (AFP) guna mempelajari gambar rekaman CCTV.

Baca juga : Ini Ciri-ciri Dua Orang yang Diduga Pelaku Penyerangan Novel Baswedan

Polisi juga sempat memeriksa empat orang diduga terlibat dalam penyiram tersebut. Namun belakangan, keempat orang tersebut dilepas. Alasannya, berdasarkan keterangan para saksi, keempatnya memiliki ciri-ciri berbeda dengan pelaku dari rekaman CCTV.

Misteri kasus ini mulai terang setelah Kapolri Jenderal Tito Karnavian merilis sketsa wajah diduga pelaku. Tito menunjukkan sketsa wajah tersebut usai bertemu Presiden Jokowi di Istana Negara.

Sketsa itu dibuat berdasarkan keterangan seorang saksi kunci yang meminta identitasnya dirahasiakan. Diduga, orang itu merupakan pengendara sepeda motor yang membonceng pelaku penyerangan terhadap Novel. Kendati begitu terduga pelaku tak kunjung dibekuk.

Pengungkapan kasus ini kembali muncul setelah Kapolda Metro Jaya, Irjen Idham Azis bersama Ketua KPK Agus Rahardjo membeberkan penanganan kasus Novel.

Baca juga : Novel Baswedan Disebut Pesimistis Kasus Penyerangan ke Dirinya Tuntas

Idham menjelaskan polisi sudah mengerucutkan terduga pelaku pada dua orang. Dugaan itu setelah polisi memeriksa 66 saksi. dua orang tersebut 90 persen diduga terlibat dalam penyiraman Novel Baswedan. Satu orang bercirikan rambut pendek dan seorang lagi berambut panjang.

Sayangnya, polisi belum mengetahui identitas detail kedua orang tersebut. Itu sebabnya, polisi meminta partisipasi masyarakat jika mengenali wajah tersebut segera melapor ke polisi atau melalui hotline 081398844474.

Namun, hingga kini hasilnya nihil. Minimnya saksi dan alat bukti menjadi alasan kepolisian mengungkap cepat kasus ini.

Baca juga : Pegawai KPK Memohon ke Jokowi untuk Percepat Pengusutan Kasus Novel

Sementara desakan publik agar polisi segera menuntaskan kasus ini terus menggema. Para mantan pimpinan KPK, pegiat antikorupsi, media, dan aktivis HAM bahkan mendesak agar Presiden Joko Widodo membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) mengungkap penyiram Novel.

Namun, sampai tahun berganti, Presiden Jokowi terus bergeming. Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah menyesalkan sikap Kepala Negara.

"Jokowi justru mendorong agenda pemberantasan korupsi kita ke era kegelapan pemberantasan korupsi," kata Dahnil.

Kompas TV 2 Sketsa dari wajah terduga pelaku penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan telah disebar ke seluruh kantor polisi.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Nasional
Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Nasional
Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Nasional
Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Nasional
Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Nasional
Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Nasional
Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Nasional
Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Nasional
Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Nasional
Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Nasional
Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Nasional
Bawaslu Akui Kesulitan Awasi 'Serangan Fajar', Ini Sebabnya

Bawaslu Akui Kesulitan Awasi "Serangan Fajar", Ini Sebabnya

Nasional
Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com