Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Golkar Copot Novanto, Rekomendasi Calon Kepala Daerah Dinilai Bisa Berubah

Kompas.com - 17/11/2017, 09:48 WIB
Moh. Nadlir

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Desakan agar Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto diganti terus bergulir. Alasannya, tak lain karena status tersangka yang melekat pada Novanto dalam kasus korupsi proyek pengadaan KTP elektronik (e-KTP).

Pakar komunikasi politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan bahwa jika Novanto diganti maka berpotensi terjadinya "gejolak" di daerah.

Gejolak yang dimaksud Hendri tak lain adalah kemungkinan berubahnya rekomendasi calon kepala daerah yang diusung atau didukung oleh Partai Golkar pada Pilkada 2018.

"Sebab bila kemudian Golkar memutuskan Munaslub dan Setnov diganti, kemungkinan ini bisa berimbas pada rekomendasi calon kepala daerah pada Pilkada 2018," ujar Hendri melalui pesan singkat, Jumat (17/11/2017).

(Baca juga: Penangkapan Novanto Semestinya Jadi Momentum DPR dan Golkar Berbenah)

Meski demikian, menurut Hendri, ada sisi positif yang bisa diambil oleh Golkar jika Novanto akhirnya diganti dari posisinya saat ini.

Positifnya, Partai Golkar dapat sekaligus menyeleksi ulang calon kepala daerah yang loyal kepada partai, dan bukan kepada perorangan.

"Calon kepala daerah yang loyal dan siap berjuang untuk Golkar pasti akan merapat ke kepengurusan baru, siapa pun ketuanya," kata Hendri.

Pakar komunikasi politik Universitas Paramadina Hendri SatrioKOMPAS.com/Nabilla Tashandra Pakar komunikasi politik Universitas Paramadina Hendri Satrio
Namun, Hendri mengingatkan bahwa sisi negatifnya juga ada. Dampak tersebut adalah ancaman terhadap calon kepala daerah yang sebelumnya sudah diusung atau didukung Golkar.

Misalnya, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil untuk Pilkada Jawa Barat dan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa untuk Pilkada Jawa Timur.

"Jadi calon kepala daerah yang bukan kader asli Golkar mesti siap-siap angkut koper dari sekarang," tutur Hendri.

(Baca juga: DPD Golkar Jabar Akui Pasang Spanduk Dukungan Novanto ke Ridwan Kamil)

Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelumnya menilai bahwa Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto sebaiknya segera diganti. Pernyataan Kalla ini diucapkan saat Novanto menghilang dan diburu penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi.

"Ya harus segera (diganti) kalau ketua menghilang. Kapten menghilang, masa tidak diganti kaptennya," kata Kalla di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis.

Menurut Kalla, pergantian pemimpin di tubuh partai berlambang pohon beringin tersebut wajib dilakukan demi kebaikan Partai Golkar pada masa depan.

(Baca: Novanto Menghilang, Jusuf Kalla Nilai Ketum Golkar Layak Diganti)

Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Idrus Marham pun menganggap pernyataan politisi senior Partai Golkar itu sebagai saran bagi Golkar.

"Kami perhatikan sungguh-sungguh saran apa dari luar," kata Idrus di Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Kamis (16/11/2017).

Menurut Idrus, Partai Golkar memiliki sistem dan aturan partai. Sistem tersebut, kata dia, merekatkan semua ide dan gagasan yang ada.

Idrus menyampaikan, pihaknya sangat menghargai pendapat Kalla sebagai senior partai.

(Baca juga: JK Ingin Ketum Golkar Diganti, Ini Komentar Idrus Marham)

Kompas TV Kompas Petang akan membincangkannya dengan peneliti Center For Strategic dan International Studies, Arya Fernandes.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com