Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CSIS: AHY Harapan Baru Demokrat

Kompas.com - 04/11/2017, 12:00 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sosok Agus Harimurti Yudhoyono, putra sulung Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dinilai berpotensi menjadi ikon baru Partai Demokrat.

Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes menuturkan, Agus memiliki potensi untuk meraup suara generasi milenial.

Terutama, setelah suara Partai Demokrat jeblok pada 2014 dengan hanya 10, 19 persen. Turun dari perolehan suara di 2009 dengan 20,85 persen.

"Setelah jeblok di 2014 mereka mulai menemukan ikon baru yaitu AHY yang diharapkan bisa mendongkrak suara terutama di kelompok milenial," ujar Arya saat dikonfirmasi, Sabtu (4/11/2017).

(Baca: "Tebar Pesona" ala AHY untuk Pemilu 2019)

Dari data survei, kata Arya, Agus juga menunjukkan hasil yang cukup tinggi. Hasil survei popularitas, 76,2 persen generasi milenial (17-29 tahun) memilih Agus. Sedangkan dari elektabilitas, Agus juga menempati posisi kedelapan dengan 2,7 persen.

Sementara SBY, Presiden Keenam RI sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat berada di posisi kelima baik dari survei popularitas maupun elektabilitas.

Sementara hasil survei elektabilitas Demokrat, 13,7 persen pemilihnya adalah generasi milenial. Sedangkan 5 persennya adalah pemilih non-milenial. Hasil tersebut cukup timpang dan menunjukkan bahwa pemilih Demokrat lebih banyak dari generasi milenial.

Secara umum, distribusi suara milenial dari hasil survei tersebut terbelah ke dua figur calon presiden, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Pemilih milenial Jokowi berjumlah 33,3 persen sedangkan pemilih milenial Prabowo berjumlah 25 persen.

Namun, .meski menempati urutan pertama survei elektabilitas, Jokowi dianggap belum berhasil betul meraih suara milenial.

Sebab, jumlah pemilih non-milenial jauh lebih tinggi, yakni 54,2 persen.

Hal ini, kata Arya, bisa didasari beberapa alasan. Salah satunya karena generasi milenial masih membuka ruang bagi tokoh-tokoh alternatif. Maka nama-nama baru muncul.

Beberapa nama baru tersebut seperti Ridwan Kamil, Tri Rismaharini, Ganjar Pranowo, Basuki Tjahaja Purnama, Gatot Nurmantyo, hingga Agus Harimurti Yudhoyono.

"Mereka lagi proses di internal generasi milenial ini untuk menseleksi siapa tokoh-tokoh baru yang diharapkan bisa memberi harapan bagi mereka," ujar Arya.

Survei nasional CSIS dilakukan pada periode 23 hingga 30 Agustus 2017 terhadap 600 sampel. Adapun responden yang dikategorikan generasi milenial adalah responden dengan rentang usia 17 sampai 29 tahun.

Responden dipilih secara acak (multistage random sampling) dan proporsional dari 34 provinsi di Indonesia.

Margin of error dari survei ini sebesar 4 persen untuk milenial dan 3,38 persen untuk non-milenial. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka.

Quality control penelitian menggunakan 20 persen sampel melalui spot-check dan 50 persen diverifikasi via telepon. 

Kompas TV Agus Harimurti bahkan disebut sebagai sosok di belakang pertemuan Presiden Jokowi dan SBY.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com