"Di Golkar itu tidak harus Ketum, Sekjen ini sebagai juru bicara partai yang diputuskan dalam rapat pleno maka apabila ada penyampaian seperti itu maka sekjen ditugaskan," kata Idrus.
Revitalisasi kapengurusan dikritisi
Dicopotnya Yorrys Raweyai sebagai Korbid Polhukam menimbulkan anggapan di publik bahwa Golkar "membersihkan" orang-orang yang cenderung vokal dalam mengkritisi partai.
Seperti diketahui, Yorrys termasuk kader yang lantang menyuarakan status Setya Novanto saat Novanto masih menjadi tersangka kasus korupsi e-KTP.
Wacana soal penonaktifan ketua umum bahkan sempat mengemuka. Golkar pun membuat tim kajian elektabilitas yang diketuai Yorrys.
Namun, pleno dengan agenda membahas soal penonaktifan Ketum menguap begitu saja seiring dengan menangnya Novanto dalam gugatan praperadilan.
Sstatus tersangka Novanto di KPK dianggap tidak sah.
Sementara, dalam sejumlah kesempatan, Idrus Marham menegaskan soal perlunya soliditas dalam kepengurusan partai agar roda organisasi bisa berjalan dengan efektif.
Baca: Setya Novanto: Saya Sehat, Habis Istirahat Alhamdulillah...
Perihal revitalisasi ternyata juga dipermasalahkan dalam rapat. Salah satunya oleh Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu Indonesia I Partai Golkar, Nusron Wahid.
Menurut Nusron, seharusnya alasan dari revitalisasi struktur kepengurusan adalah membersihkan orang-orang yang dianggap menghalangi partai menciptakan pemerintahan yang bersih atau clean government.
"Kalau melakukan revitalisasi, yang direvitalisasi pertama adalah orang yang mempunyai debit terhadap partai politik. Yaitu yang terjerat korupsi. Itu harusnya yang direvitaliasi," kata Nusron.
Namun, hal tersebut tak menjadi landasan partai melakukan revitalisasi.
Bahkan, kata dia, kader yang terjerat korupsi bahkan proses hukumnya sudah berkekuatan hukum tetap masih dipertahankan.
Misalnya, Kabid Pemuda dan Olahraga Partai Golkar Fahd El Fouz Arafiq.
"Ya itu lah. Partai enggak cut off kan?" ucap Nusron.
"Tapi sudah diputuskan seperti itu. Kita lihat nanti seperti apa," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.