"Ah, Kementerian HAM akan ditiadakan, disatukan dengan Departemen Kehakiman," kata Gus Dur.
Alwi Shihab yang saat itu mendampingi Gus Dur, sampai mencolek paha Mahfud sebagai isyarat agar ia tak bisa lagi menawar. Akhirnya, Mahfud pun menerima tawaran Gus Dur.
"Kalau begitu, baiklah. Bismillah," ucap Mahfud.
(Baca juga: Vitamin Humor ala Gus Dur)
Hampir mundur
Sejak awal, Mahfud sudah menduga penunjukan dirinya sebagai menhan akan mengundang kritik keras. Sebab, ia tidak mempunyai basis partai politik dan bukan pula pakar yang dikenal publik.
Namun, reaksi yang muncul benar-benar di luar dugaan Mahfud.
"Tidak sedikit yang mengecam Gus Dur dan melecehkan saya," kata Mahfud.
Salah satu komentar yang cukup keras, kata Mahfud, datang dari Amien Rais. Amien menilai Mahfud MD adalah orang yang tidak mengerti masalah pertahanan.
Kalau lah mau diangkat menteri, Amien menilai bahwa Mahfud lebih pas sebagai menteri kehakiman.
Mahfud merasa keraguan Amien atas dirinya adalah hal yang wajar. Sebab, Mahfud juga sempat mengalami keraguan yang sama terhadap dirinya saat pertama kali diberitahu Gus Dur mengenai jabatan menteri pertahanan.
Keraguan pun kembali menyelimuti hati Mahfud.
"Setelah mengikuti pemberitaan media massa, esoknya, saya menjadi ragu dan agak gamang. Ada sedikit penyesalan saya menerima jabatan itu," kata Mahfud.
(Baca juga: Ketika Gus Dur dan Megawati Bertengkar...)
Mahfud pun berpikir untuk meminta pembatalan pengangkatan kepada Gus Dur. Ada dua alasan yang hendak ia kemukakan.
Pertama, agar kabinet benar-benar diisi oleh orang yang tepat. Kedua, agar Gus Dur tak dihantam oleh kritik dari segala penjuru.
Jumat pagi, 24 Agustus 2000, Mahfud pun mengundang sejumlah rekan yang biasa memberinya saran dan masukan.