Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mulia Nasution
Jurnalis

Jurnalis yang pernah bekerja untuk The Jakarta Post, RCTI, Transtv. Pernah bergiat menulis puisi, cerita pendek, novel, opini, dan praktisi public relations . Kini menekuni problem solving and creative marketing. Ia mudah dijangkau email mulianasution7@gmail.com

Seruan Nabi Ibrahim dan Refleksi Gugatan Kepada Negara

Kompas.com - 31/08/2017, 19:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Ibrahim dan Ismail

Saya mencoba kembali ke awal. Hanya melalui satu indikasi saja, saya sudah dapat menyimpulkan bagaimana relativitas bisnis antara seorang Fuad Hasan Mansyur dengan Andi Surachman. Teropong bisa dari cara mereka melayani jemaah, dari gaya hidup dan gesture sosok, dari filosofi maupun cara merintis usaha startup, dan banyak parameter lain lagi.

Saya melihat ada dua tipe pebisnis yang berbeda: di satu pihak merintis dari keringat jauh beda dengan pihak lain merintis usaha melalui metode simsalabim maupun abrakadabra.

Memang, kita tidak bisa membandingkan apple to apple. Tapi, realitas empiris membuktikan, sampai hari ini, satu pihak berurusan dengan polisi, dan di pihak lainnya masih leluasa mengayuh roda bisnisnya secara seksama.

Kembali ke cerita awal, hari-hari ini umat Muslim melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci Mekkah al-Mukarrahmah. Inilah seruan atau panggilan Nabi Ibrahim, ayah para nabi.

Baca juga: Korban First Travel: Saya Hanya Ingin Uang Pendaftaran Dikembalikan...

Inilah seruan suci dari Allah SWT agar Ibrahim menghancurkan tuhan-tuhan berhala Babilonia, perlawanan terhadap Raja Namrud yang kejam sampai akhirnya mukjizat Allah yang luar biasa membuat Ibrahim tak terbakar api.

Sampai akhirnya atas perintah Allah, Nabi Ibrahim meninggalkan Babilonia dan pergi ke Palestina. Sampai pada kisah Hajar yang memberinya anak Ismail, padahal perkawinan Ibrahim dengan Sarah putri Raja Chazan yang lebih awal belum dikaruniai anak.

Sampai pada waktu Ibrahim berada di Mekkah bersama Hajar dan Ismail, beliau bermimpi aneh. “Wahai anakku. Aku telah bermimpi dan melihat diriku menyembelih dirimu. Bagaimana pendapatmu?”

Singkat cerita, acara penyembelihan pun dimulai di Mina, 7 kilometer dari Mekkah. “Ayah, tolong nanti ikat tangan dan kakiku. Lalu tutuplah mataku,” kata Ismail kecil.

Kenapa? “Supaya aku tidak berontak waktu Ayah melaksanakan perintah Allah,” jawab Ismail. Sampai akhirnya Allah menebus Ismail dengan seekor domba besar. Pisau Ibrahim menempel di leher seekor domba, bukan di leher anak kesayangannya.

Dalam bahasa “langit” yang saya coba renungkan dan pahami sedikit demi sedikit hikmah kejadian ini, hanya orang-orang berhati suci, lapang dada, tabah, tawakkal, ikhlas, sehat dan mampu secara finansial—yang mendapat panggilan Allah SWT.  

Hadir memenuhi seruan Nabi Ibrahim.  Sebagai makhluk beriman, kita tentu percaya, di atas segalanya ada Tuhan Maha Pengatur segalanya, termasuk hal-hal gaib dalam kehidupan manusia.

Namun sebagai warga negara Republik dan mungkin dalam versi berbeda, para pecundang fraud berbagai kasus di Tanah Air, kita ibaratkan “korban”, kita juga harus meminta negara melakukan instrospeksi dan pertanggungjawaban.

Misalnya, apakah aparat negara telah menjalankan amanat atas tugas dari rakyat yang membiayai gaji mereka dari pajak warga negara maupun pajak korporasi? Apakah aparat negara telah melindungi warga negaranya dari praktik curang beragam fraud, atau budaya koruptif, dan sebagainya?

Tamsil gugatan ini, ibarat “Ismail” sebagai simbol anak kecil yang penurut pada sang Ayah, ibarat “rakyat jelata” yang sangat mencintai negara dan Tanah Air-nya, dan turut semua aturan negara, tapi seolah-olah negara “tutup mata” atas “kenakalan” aparatnya atas kejahatan korporasi, ataupun kejahatan atas nama tugas negara.

Untunglah Tuhan selalu punya cara untuk menyadarkan kita. Pengorbanan Nabi Ibrahim menyembelih anaknya Ismail adalah sebuah perintah Allah SWT melalui mimpi Ibrahim.

Sebuah metafora pengorbanan “cinta” yang luar biasa dari seorang ayah terhadap anak yang sangat ia sayangi. Mungkin itu juga metafora “Ismail” betapa manusia harus rela mengorbankan apapun benda berharga yang ia miliki bagi ketauhidan umat manusia.

Saya pun tak akan pernah lupa metafora sajak "Nisan" karya Chairil Anwar yang saya hapal di bangku sekolah menengah:

Nisan
Untuk nenekanda
Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridlaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertakhta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Nasional
Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Nasional
Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Nasional
Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Nasional
Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Nasional
Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Nasional
Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Nasional
Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Nasional
Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Nasional
Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Nasional
Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Nasional
Bawaslu Akui Kesulitan Awasi 'Serangan Fajar', Ini Sebabnya

Bawaslu Akui Kesulitan Awasi "Serangan Fajar", Ini Sebabnya

Nasional
Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com