Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkominfo Sebut Ada Peningkatan Pemblokiran Akun Medsos Setelah Kasus Telegram

Kompas.com - 28/08/2017, 13:42 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyatakan, saat ini mulai ada peningkatan pemblokiran akun yang melanggar oleh para penyedia layanan media sosial seperti Facebook, Twitter dan selainnya.

Menurut Rudi, peningkatan itu terjadi setelah pihaknya didatangi penyedia layanan aplikasi percakapan Telegram.

Kala itu, CEO Telegram Pavel Durov langsung mendatangi Rudiantara membahas pemblokiran Telegram oleh pemerintah lantaran kerap digunakan oleh para teroris.

"Sejak diundang kembali, sejak bicara dengan kami kembali dari Juli (2017), setelah ramai-ramai Telegram dan lain sebagainya, mereka lebih baik sih, improve, artinya persentasinya lebih bagus," kata Rudi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (28/8/2017).

"Juga kalau kita liat Google, Google itu juga kan menerapkan trusted flag, pilot projectnya di kawasan regional itu di Indonesia. Jadi ada perbaikan dari penyelenggara platform," lanjut Rudi.

 

(baca: Terduga Teroris di Riau Rekrut 2.000 Anggota Melalui Telegram)

Ia menambahkan, hal tersebut menjadi modal yang baik karena penyedia layanan yang paling mengetahui keberadaan pihak dibalik banyaknya akun palsu yang digunakan untuk menyebar hoax.

Rudi mengatakan, setelah adanya pemberitaan Saracen, perhatian para penyedia layanan media sosial juga meningkat.

(baca: Menkominfo Ancam Tutup Akses Media Sosial yang Tak Bisa Tangkal "Hoax")

"Responsnya, contohnya ketika kami bertemu dengan Telegeram, kami minta siapa contact poinnya, kemudian harus ada organisasinya, siapa contact poinnya, karena yang namanya teknologi belum tentu 100 persen bisa menyaring," kata dia.

"Bisa juga ada juga yang lolos. Kita butuh itu. Kemudian service level, dalam berapa jam itu akan diproses oleh mereka. Akun ini ditutup, diganti akun lain. Karenanya yang mengetahui di balik akun ini siapa informasinya, kan platform," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com