JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto enggan menanggapi pertemuan antara Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketua Umum Partai Hanura Prabowo di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Kamis (27/7/2017).
Menurut Wiranto, pertemuan antara kedua petinggi partai itu sebagai hal biasa yang tidak perlu dijadikan perhatian.
"Enggak usah disorot macam-macam. Pertemuan biasa saja kok ribut. Pak SBY mau ketemu siapapun boleh. Kita sebagai manusia ingin bertemu dengan sesamanya boleh. Pak Prabowo juga boleh mau ketemu siapa saja," ujar politisi senior Partai Hanura ini, saat ditemui Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Senin (31/7/2017).
Baca: Pertemuan Prabowo-SBY, Demi Bangsa?
Ia juga tak mau menanggapi saat ditanya oleh wartawan mengenai pernyataan SBY terkait pengawasan terhadap kekuasaan agar tidak melampaui batas atau abuse of power dan pernyataan Prabowo yang menyebut presidential threshold 20 persen sebagai lelucon politik.
"Saya tidak mau membahas itu karena itu biasa saja. Dua orang itu juga kolega saya. Sama-sama tentara saat bertugas. Mereka bertemu biasa saja enggak usah diributkan," ujar dia.
Dalam pertemuan SBY-Prabowo, kedua petinggi partai itu sepakat untuk bekerja sama mengawasi penguasa agar tidak melampaui batas.
"Saya harus sampaikan bahwa power must not go uncheck. Saya ulangi sekali lagi. Power must not go uncheck," kata SBY usai pertemuan tertutup dengan Prabowo di kediaman SBY, Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Kamis (27/7/2017).
Baca juga: Pertemuan SBY-Prabowo Dinilai sebagai Pembilahan Kubu Politik
"Artinya apa, kita, kami, harus memastikan bahwa penggunaan kekuasaan oleh para pemegang kekuasaan itu tidak melampui batas, sehingga cross the line (melewati batas), sehingga masuk yang disebut abuse of power (penyimpangan kekuasaan)," ujar Presiden keenam RI itu.