Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Syafii Maarif Minta Jokowi Dorong Polisi Ungkap Kasus Novel

Kompas.com - 27/07/2017, 15:30 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif berharap kepolisian serius dalam mengungkap kasus penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.

"Saya berharap polisi serius. Ini masalah besar dan Novel itu kan seorang petarung (pemberantasan korupsi), banyak hasil karyanya, mungkin banyak yang tidak senang," kata Buya Syafii, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (27/7/2017).

Buya Syafii juga berharap kepolisian terus bekerja keras dalam upaya mengungkap pelaku penyerangan terhadap Novel.

Lebih dari 100 hari sejak Novel diserang di dekat kediamannya, pelaku penyerangan tersebut sampai hari ini masih gelap.

Buya enggan memberi penilaian mengapa kasus ini sampai kasus ini berlarut-larut. Namun, dia bertanya mengapa dalam kasus teroris kepolisian bisa mudah mengungkap pelakunya, sedangkan kasus Novel belum.

"Saya mengimbau agar polisi betul-betul serius mengungkap ini. Kenapa dia menangkap teror dengan gampang, tapi ini kenapa dia belum bisa," ujar Buya Syafii.

Presiden Joko Widodo, lanjut Buya, sebagai atasan polisi tentu mendorong agar institusi seragam cokelat itu bisa menguak kasus ini. Sudah semestinya juga, lanjut Buya, Jokowi memberi dukungan pada polisi.

"Saya rasa Presiden menyerahkan kepada aparat polisi ya, tapi bisa juga Pak Jokowi mendorong polisi. Atasan polisi kan Presiden," ujar Buya.

"Semestinya dia (Presiden) dukung. (Tapi) barangkali perlu ditegaskan, diimbau kembali kepolisian, supaya dicari pelakunya. Ndak elok ya kalau ini tidak bisa diungkap. Kita berharap Presiden turun tangan," ujar Buya.

Novel disiram air keras oleh orang tak dikenal, seusai menjalankan shalat Subuh di masjid dekat kediamannya pada 11 April 2017 lalu. Luka parah pada kedua mata Novel akibat siraman air keras tak cukup ditangani di Indonesia.

Sejak 12 April 2017, Novel mendapatkan perawatan mata di sebuah rumah sakit di Singapura. Pelaku penyerangan Novel hingga kini belum terungkap.

Namun, Novel pernah buka suara mengenai kasus penyiraman air keras terhadap dirinya. Dalam sebuah wawancara kepada Time, Novel mengatakan bahwa serangan itu terkait sejumlah kasus korupsi yang ditanganinya.

Novel menduga ada "orang kuat" yang menjadi dalang serangan itu. Bahkan, dia mendapat informasi bahwa seorang jenderal polisi ikut terlibat.

(Baca: Novel Baswedan Ungkap Ada Jenderal Polisi Terlibat Teror Terhadapnya)

Tidak hanya itu, dalam wawancara di acara "Mata Najwa", Novel mengungkap bahwa teror tidak hanya ditujukan kepada dia, melainkan sejumlah penyidik di KPK.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com