Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

19 Tahun Reformasi, 9 Kritik Amien Rais untuk Jokowi

Kompas.com - 21/05/2017, 05:58 WIB
Moh. Nadlir

Penulis

Kompas TV Rencana Pemerintah Bangun Lapas di Pulau-Pulau

Dua negara besar itu kata Amien, bubar karena mayoritas orang Russia di Uni Soviet dan Yugoslavia memaksakan kehendaknya diatas puluhan kelompok etnik lain.

"Moral dan politik yang dapat kita ambil adalah mayoritas di negara manapun tidak boleh mentang-mentang menindas minoritas. Akibatnya kehancuran," katanya.

"Demikian juga kalau ada minoritas yang berlagak mentang-mentang terhadap mayoritas. Kehancuran akan datang lebih cepat," lanjutnya.

Ketujuh, Amien mewanti-wanti Jokowi agar tidak pernah berpikir menjadikan Indonesia menjadi  economic backyard atau halaman belakang ekonomi RRC, tempat buang sampah.

"Hindari berpikir RRC sentris dalam membangun ekonomi. Berkaitan dengan hal ini, proyek reklamasi Jakarta Utara yang akan menjadi landasan usaha lebensraum RRC, sebaiknya segera dihentikan," kata Amien.

(Baca: Panglima TNI Tersinggung Aksi Umat Islam Dikaitkan Upaya Kudeta)

Kedelapan, Amien mengkritik Jokowi, agar rezimnya tidak mudah menciduk orang-orang tertentu yang dalam pandangannya berbahaya, dengan tuduhan makar.

"Kekuasaan yang mulai panik dan lepas dari nilai-nilai moral, biasanya agak serampangan menuduh orang-orang tertentu sebagai pelaku makar atau lebih gawat lagi, sebagai teroris," katanya.

"Kalau memang gerak-gerik mereka mencurigakan mengarah pada makar atau terorisme, setelah ditahan sesegera mungkin dilimpahkan ke Kejaksaan. Biarlah hukum yang berbicara, itupun harus bersifat terbuka, supaya proses hukum berjalan transparan dan adil. Jika memang harus bebas, bebaskan," tambahnya.

Terakhir, Amien mengingatkan Jokowi, agar jangan pernah menganggap enteng kedaulatan rakyat. Menurutnya, kata "gebuk" harusnya tidak boleh lagi keluar dari lisan seorang Presiden.

Terlebih, Jokowi memerintahkan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian bebas "menggebuk" kelompok-kelompok yang anti-konstitusi, anti-NKRI, ataupun yang memecah belah rakyat.

"Wah, amat mengagetkan. Dulu ada Presiden yang suka mengancam akan menggebuk rakyat yang berani menantang kebijakannya. Akhirnya sang Presiden itu tergebuk oleh people power," tutup Amien.

(Baca: Jokowi: Ormas Anti-Pancasila dan Komunis, Kita Gebuk, Kita Tendang)

Diketahui, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, acara "Refleksi 19 Tahun Reformasi-Menggembirakan Demokrasi Tribute to Amien Rais" itu digelar sebagai wujud penghormatan jasa-jasa perjuangan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah tersebut.

"Reformasi datang. Mesin reformasi digerakan oleh anak muda yakni mahasiswa dan beberapa tokoh utama yang menjadi lokomotif reformasi," kata Dahnil.

Menurut Dahnil, nama yang paling populer yang menjadi lokomotif reformasi saat itu adalah Amien Rais. Amien dinilainya sebagai sang lokomotif pembawa kegembiraan demokrasi Indonesia, ketika itu Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) menjadi musuh utama.

"Pesan reformasi datang membawa perlawanan dan pembebasan terhadap musuh utama reformasi, yakni KKN. Bukan sekedar menjatuhkan dan mengganti rezim," kata Dahnil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Sahroni Ungkap Anak SYL Indira Chunda Tak Pernah Aktif di DPR

Sahroni Ungkap Anak SYL Indira Chunda Tak Pernah Aktif di DPR

Nasional
Kemenag Imbau Jemaah Haji Indonesia Pakai Jasa Pendorong Kursi Roda Resmi di Masjidil Haram

Kemenag Imbau Jemaah Haji Indonesia Pakai Jasa Pendorong Kursi Roda Resmi di Masjidil Haram

Nasional
Mahasiswa Kritik Kenaikan UKT: Persempit Kesempatan Rakyat Bersekolah hingga Perguruan Tinggi

Mahasiswa Kritik Kenaikan UKT: Persempit Kesempatan Rakyat Bersekolah hingga Perguruan Tinggi

Nasional
Tak Ada Jalan Pintas, Hasto: Politik Harus Belajar dari Olahraga

Tak Ada Jalan Pintas, Hasto: Politik Harus Belajar dari Olahraga

Nasional
Megawati hingga Puan Bakal Pidato Politik di Hari Pertama Rakernas PDI-P

Megawati hingga Puan Bakal Pidato Politik di Hari Pertama Rakernas PDI-P

Nasional
Kunjungi Lokasi Bencana Banjir Bandang di Agam, Zulhas Temui Pengungsi dan Berikan Sejumlah Bantuan

Kunjungi Lokasi Bencana Banjir Bandang di Agam, Zulhas Temui Pengungsi dan Berikan Sejumlah Bantuan

Nasional
Diterima Hasto, Pawai Obor Api Abadi dari Mrapen sampai di Jakarta Jelang Rakernas PDI-P

Diterima Hasto, Pawai Obor Api Abadi dari Mrapen sampai di Jakarta Jelang Rakernas PDI-P

Nasional
Sahroni Pastikan Hadiri Sidang SYL untuk Diperiksa Sebagai Saksi

Sahroni Pastikan Hadiri Sidang SYL untuk Diperiksa Sebagai Saksi

Nasional
LPSK Sebut Masih Telaah Permohonan Perlindungan Saksi Fakta Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

LPSK Sebut Masih Telaah Permohonan Perlindungan Saksi Fakta Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Nasional
Ketua BKSAP Perkuat Komitmen Parlemen Anti-Korupsi dan Dorong Demokrasi Lingkungan di Asia Tenggara

Ketua BKSAP Perkuat Komitmen Parlemen Anti-Korupsi dan Dorong Demokrasi Lingkungan di Asia Tenggara

Nasional
Pasal-pasal di RUU Penyiaran Dinilai Berupaya Mengendalikan dan Melemahkan Pers

Pasal-pasal di RUU Penyiaran Dinilai Berupaya Mengendalikan dan Melemahkan Pers

Nasional
Korban Meninggal akibat Banjir Lahar di Sumbar Kembali Bertambah, Total 62 Orang

Korban Meninggal akibat Banjir Lahar di Sumbar Kembali Bertambah, Total 62 Orang

Nasional
Indonesia Dukung Pembentukan Global Water Fund di World Water Forum Ke-10

Indonesia Dukung Pembentukan Global Water Fund di World Water Forum Ke-10

Nasional
Waisak 2024, Puan Ajak Masyarakat Tebar Kebajikan dan Pererat Kerukunan

Waisak 2024, Puan Ajak Masyarakat Tebar Kebajikan dan Pererat Kerukunan

Nasional
Jokowi Ucapkan Selamat Hari Raya Waisak, Harap Kedamaian Selalu Menyertai

Jokowi Ucapkan Selamat Hari Raya Waisak, Harap Kedamaian Selalu Menyertai

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com