Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Heni Sri Sundani, Mantan TKI yang Berjuang Raih Mimpi

Kompas.com - 17/05/2017, 12:11 WIB
Estu Suryowati

Penulis

Tertipu agen

Lulus SMK, Heni masih semangat mengejar mimpinya menjadi seorang guru. Namun, kondisi ekonomi makin sulit. Ibu dan neneknya sudah semakin tua.

Ibunya tak bisa lagi bekerja di luar daerah dan kembali ke Ciamis. Di sisi lain, rumah yang ia tinggali juga semakin memprihatinkan.

"Waktu itu aku sudah buntu. Yang aku pikirkan, aku ingin kuliah jadi guru. Tetapi melihat kondisi rumah saja sudah mau roboh, boro-boro buat nyekolahin aku," katanya.

Akhirnya, ia mencari informasi dari tetangga yang pernah bekerja di luar negeri. Dari situ, Heni memantapkan diri untuk hijrah ke Hongkong usai pelatihan tiga bulan di balai latihan kerja Tangerang, Banten.

Namun, Heni memastikan sekali lagi, menjadi TKI bukanlah tujuannya, tetapi hanya sebagai jembatan untuk mencapai cita-cita yang lebih besar.

"Sebenarnya takut pergi ke Hongkong. Berangkat seorang diri, tanpa handphone, tanpa uang sepeserpun, tanpa orang yang aku kenal. Tetapi, aku berpikir, masa depan akan jauh lebih menakutkan ketika aku tetap berdiam diri di kampung halaman aku," katanya.

Heni pada akhirnya berangkat juga ke Hongkong. Ternyata, PJTKI yang menjadi penyalurnya tidak beres.

Data diri Heni yang kelahiran 1987 dituakan menjadi 1982. Selain itu, setibanya di bandara, seluruh buku petunjuk yang dibagikan pada calon TKI, dibuang.

Permasalahan underpayment dan overcharge juga dirasakan Heni. Gaji dalam kontrak yang seharusnya 3.200 HKD, hanya diterimanya sekitar 1.800 HKD atau setara Rp 3 jutaan (kurs Rp 1.700 per HKD).

Selain itu, potongan gaji melebihi kesepakatan. Selama tujuh bulan gaji Heni dipotong oleh PJTKI. Hingga selama masa potongan gaji itu, gaji yang ia terima hanya 200-300 HKD.

Pada tahun pertama, Heni juga tidak bisa mengambil hak libur, pun ketika hari Minggu ataupun tanggal merah.

Kalau sampai libur, maka gajinya akan dipotong lagi 100 HKD.

Kesusahannya sebagai seorang TKI tak berhenti hanya sampai urusan dengan agen nakal.

Majikan pertama Heni yang mengontraknya selama dua tahun, sangat merendahkan profesi asisten rumah tangga.

Ceritanya waktu itu, Heni yang memang suka membaca, tengah membaca sebuah buku.

"Dia sampai ngomel-ngomel. 'Eh, kamu lagi ngapain di sini? Kamu lagi baca buku, ya? Kalau pembantu itu enggak usah lah bisa baca buku. Pembantu itu yang penting kamu bisa jaga anak, bisa masak, bisa bersihin rumah, selesai'. Begitu majikan aku bilang dengan nada sinis," kata Heni.

Setelah setahun, yang artinya sudah bisa mengambil libur pada akhir pekan, Heni mengisi liburannya dengan pergi ke perpustakaan dan kuliah D3 jurusan IT tanpa sepengetahuan majikannya.

Heni tak membayangkan apa yang akan terjadi jika majikannya tahu ia kuliah. Beruntung, majikan kedua yang mengontraknya selama empat tahun cukup baik.

Heni kala itu juga melanjutkan studi di Saint Mary's University jurusan manajemen wirausaha. Heni akhirnya berhasil menuntaskan studi S1-nya selama 3,5 tahun.

Untuk membiayai kuliahnya, Heni menjadi kontributor di banyak koran Hongkong dan Taiwan yang berbahasa Indonesia.

Ia juga sering mengikuti lomba penulisan. Dari situ uangnya cukup untuk membiayai biaya kuliah.

Sementara sebagian besar gajinya dikirimkan pada ibu dan neneknya di Ciamis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Nasional
Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Nasional
KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Nasional
Pemerintah Tegaskan Tak Ragu Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

Pemerintah Tegaskan Tak Ragu Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Tangani ODGJ di Sumba Timur, Mensos Risma Minta Pemda dan Puskesmas Lakukan Ini

Tangani ODGJ di Sumba Timur, Mensos Risma Minta Pemda dan Puskesmas Lakukan Ini

Nasional
Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club', Jokowi Usul Pertemuannya Dua Hari Sekali

Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club", Jokowi Usul Pertemuannya Dua Hari Sekali

Nasional
Kelakar Hakim MK saat PKB Ributkan Selisih 1 Suara: Tambah Saja Kursinya...

Kelakar Hakim MK saat PKB Ributkan Selisih 1 Suara: Tambah Saja Kursinya...

Nasional
Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club', Jokowi: Bagus, Bagus...

Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club", Jokowi: Bagus, Bagus...

Nasional
PPP Klaim Terjadi Perpindahan 5.958 Suara ke Partai Garuda di Dapil Sulawesi Tengah

PPP Klaim Terjadi Perpindahan 5.958 Suara ke Partai Garuda di Dapil Sulawesi Tengah

Nasional
Pernyataan Jokowi Bantah Bakal Cawe-cawe di Pilkada Diragukan

Pernyataan Jokowi Bantah Bakal Cawe-cawe di Pilkada Diragukan

Nasional
Komnas KIPI Sebut Tak Ada Kasus Pembekuan Darah akibat Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Komnas KIPI Sebut Tak Ada Kasus Pembekuan Darah akibat Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com