Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Heni Sri Sundani, Mantan TKI yang Berjuang Raih Mimpi

Kompas.com - 17/05/2017, 12:11 WIB
Estu Suryowati

Penulis

Dicibir tetangga

Heni mengatakan, memang kondisi masyarakat di dusun tempatnya tinggal tidak terlalu baik. Bahkan, bisa dibilang buruk.

Teman-teman Heni seolah takut untuk memiliki cita-cita karena keterbatasan segalanya, meskipun mereka sama-sama merasakan kesusahan yang sama.

Tak sedikit dari teman-temannya itu yang hanya tamatan SD. Karena kondisi ekonomi, istilah Heni, boro-boro untuk sekolah, untuk makan saja susah.

Di sisi lain, Heni yang selalu mendapat peringkat pertama di sekolahnya mendapatkan beasiswa dan memantapkan diri menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Namun, prestasi ini pun banyak juga yang mencibir.

"Ketika aku melanjutkan SMP, tetangga itu pada ngomong, 'ya ampun itu anak enggak tahu diri banget. Buat makan saja susah, malah nambah kesusahan dengan sekolah'. Mereka bilang begitu, karena tahunya sekolah itu hanya susahnya saja," ucap wanita kelahiran 1987 itu.

"Memang ketika kita investasi di pendidikan itu seperti menanam. Kita tidak bisa memanennya langsung pada hari yang sama. Butuh proses. One day, kita akan memanennya," ucapnya.

Sama seperti ketika SD, Heni juga pulang-pergi ke SMP-nya dengan berjalan kaki. Malah jarak tempuhnya lebih jauh lagi, hingga memakan waktu empat jam perjalanan.

Lepas bangku menengah pertama, Heni masih bersemangat untuk sekolah. Pilihannya jatuh pada sebuah sekolah menengah kejuruan, dengan jurusan akuntansi.

Karena letaknya yang berada di kota, Heni terpaksa harus "ngekos". Biaya kostan ia cukupi dari uang beasiswa dan kiriman ibundanya.

"Dalam satu bulan, aku hanya dijatah untuk bantu bayar kostan Rp 25.000. Itu tahun 2002-2005. Kalau misalkan aku pulang ke rumah, aku dibekali beras," ucapnya.

Selain itu, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari Heni menerina pekerjaan serabutan. Apapun pekerjaan halal ia kerjakan, seperti menerima jasa pengetikan teman-temannya hingga berjualan jilbab.

Kebetulan kostan Heni dekat dengan rental komputer.

"Aku bergaul sama teman-teman (biasa) saja (tidak minder). Enggak merasa malu, karena aku enggak punya pilihan untuk malu. Aku enggak punya pilihan untuk diam. Karena kalau aku diam aja, enggak ada yang bantu aku," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Brigadir RAT, Beda Keterangan Keluarga dan Polisi, Atasan Harus Diperiksa

Kasus Brigadir RAT, Beda Keterangan Keluarga dan Polisi, Atasan Harus Diperiksa

Nasional
KPK Ancam Pidana Pihak yang Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

KPK Ancam Pidana Pihak yang Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Nasional
195.917 Visa Jemaah Haji Indonesia Sudah Terbit

195.917 Visa Jemaah Haji Indonesia Sudah Terbit

Nasional
Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

Nasional
Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Nasional
Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Nasional
Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Nasional
Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Nasional
PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

Nasional
Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Nasional
Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com