Ia menyatakan, Golkar telah memilki preseden dalam menghadapi kondisi terdesak, tepatnya di era kepemimpinan Akbar Tanjung.
Saat itu, Akbar sebagai ketua umum justru sudah ditahan atas dugaan keterlibatannya dalam kasus korupsi dana nonbujete Bulog (Badan Urusan Logistik).
"Pada saat itu Golkar tetap menunjukan soliditasnya dan tidak pecah. Mereka tetap mampu mengikuti agenda-agenda politik yang ada," ujar Qodari saat dihubungi, Selasa (11/4/2017).
(Baca: Kata Wapres soal Pencegahan Setya Novanto)
Qodari melanjutkan, hal itu juga terlihat saat ini. Saat Novanto dicegah oleh KPK yang bisa jadi sebagai sinyal bahwa dugaan keterlibatan dirinya dalam kasus korups e-KTP kian menguat, namun tak ada petinggi Golkar yang mengeluarkan pernyataan pedas untuk mendesak Novanto.
Ia juga tak melihat petinggi-petinggi Golkar yang cukup berpengaruh untuk menggalang kekuatan dalam rangka menurunkan Novanto dari jabatannya selaku Ketua Umum Golkar.
"Kalaupun ada nada-nada sumbang paling kan hanya dari pinggiran saja, bukan dari orang-orang yang berpengaruh," papar Qodari.
Karena itu, ia meyakini status pencegahan Novanto tak signifikan memengaruhi kinerja Golkar. Menurut dia status tersangka Novanto yang nantinya akan memengaruhi kinerja Golkar secara signifikan.
Namun ia memprediksi jika nantinya Novanto ditetapkan sebagai tersangka, Golkar tak akan pecah. Sebab, menurutnya, Golkar bukan partai yang bergantung pada ketokohan seseorang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.