Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti ICW: Penyerangan Novel Baswedan Bukan Kriminal Biasa

Kompas.com - 11/04/2017, 18:54 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Kasus penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan dinilai menjadi indikasi adanya ancaman serius terhadap upaya pemberantasan korupsi di Tanah Air.

Pemerintah diharapkan dapat bersikap tegas dalam mengusut serta mengungkap aktor intelektual di balik serangan tersebut.

“Apa yang menimpa Novel bukan lah tindakan kriminal biasa, tetapi teror terhadap institusi penegak hukum,” kata peneliti Indonesia Corruption Watch Abdullah Dahlan saat memberikan keterangan di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (11/4/2017).

(Baca: Polisi Periksa 14 Saksi dalam Kasus Penyerangan Novel Baswedan)

Presiden Joko Widodo, menurut dia, seharusnya tidak melihat kasus penyerangan Novel sebagai kasus kriminal murni.

 

Pasalnya, Novel selama ini diketahui menjabat sebagai Kepala Satuan Tugas sejumlah kasus besar yang ditangani KPK.

“Ini adalah ancaman serius terhadap KPK dan Presiden harus mengambil tindakan penting,” ujarnya.

Selain itu, ia mengingatkan, bukan kali ini saja kasus penyerangan terhadap aktivis antikorupsi terjadi.

Karena itu, diperlukan keseriusan aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas sejumlah kasus yang masih menjadi pekerjaan rumah.

Sementara itu, Komisioner Komnas HAM Manager Nasution mengatakan, negara harus memastikan bahwa kasus kekerasan terhadap aktivis antikorupsi tak lagi terjadi di masa depan.

(Baca: Mahfud MD Yakin Polri Dapat Ungkap Pelaku Kekerasan Terhadap Novel Baswedan)

Kasus penyerangan Novel, kata dia, merupakan kasus kesekian kali yang menimpa penyidik senior KPK itu.

“Novel ini mengalami terori dan kekerasan fisik bukan hanya ini, sudah berkali-kali. Kalau pengakuan keluarga sudah kelima kali,” kata Manager.

“Coba bayangkan, negara abai, negara tidak hadir untuk menjamin keselamatan warganya,” lanjut dia.

Komnas HAM, ungkap dia, dipastikan akan memantau perkembangan penanganan kasus penyerangan terhadap Novel.

Karena itu, ia meminta, agar pemerintah dan aparat kepolisian bekerja serius dalam mengusut kasus ini. Terlebih, kata dia, kehebatan Polri diakui dunia.

“Di dunia, polisi kita diakui hebat. Orang saling bertemu kemudian dengan mudah disebut makar. Kemudian orang (ditemukan) di tengah sawah dibilang teroris. Kalau polisi professional, independen, pasti bisa selesaikan kasus ini,” ujarnya.

Kompas TV KPK Gelar Jumpa Media Soal Penyiraman Novel Baswedan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Caleg Tidak Siap Ikuti Sidang Daring, Hakim MK: Suara Putus-putus, Jadi Lapar...

Caleg Tidak Siap Ikuti Sidang Daring, Hakim MK: Suara Putus-putus, Jadi Lapar...

Nasional
Anies-Muhaimin Kunjungi Aceh Usai Pilpres, Ingin Ucapkan Terima Kasih ke Warga

Anies-Muhaimin Kunjungi Aceh Usai Pilpres, Ingin Ucapkan Terima Kasih ke Warga

Nasional
Bareskrim Polri Yakin Penetapan Panji Gumilang sebagai Tersangka TPPU Sah Menurut Hukum

Bareskrim Polri Yakin Penetapan Panji Gumilang sebagai Tersangka TPPU Sah Menurut Hukum

Nasional
Polisi Lengkapi Kekurangan Berkas Perkara TPPU Panji Gumilang

Polisi Lengkapi Kekurangan Berkas Perkara TPPU Panji Gumilang

Nasional
Jokowi Kumpulkan Menteri Bahas Pengungsi Terdampak Erupsi Gunung Ruang

Jokowi Kumpulkan Menteri Bahas Pengungsi Terdampak Erupsi Gunung Ruang

Nasional
Bersama TNI AL, Polisi, dan Basarnas, Bea Cukai Bantu Evakuasi Korban Erupsi Gunung Ruang

Bersama TNI AL, Polisi, dan Basarnas, Bea Cukai Bantu Evakuasi Korban Erupsi Gunung Ruang

Nasional
Prabowo Ingin Berkumpul Rutin Bersama Para Mantan Presiden, Bahas Masalah Bangsa

Prabowo Ingin Berkumpul Rutin Bersama Para Mantan Presiden, Bahas Masalah Bangsa

Nasional
Hanura Sebut Suaranya di Manokwari Dipindah ke PSI, Berdampak ke Perolehan Kursi DPRD

Hanura Sebut Suaranya di Manokwari Dipindah ke PSI, Berdampak ke Perolehan Kursi DPRD

Nasional
Gugat Hasil Pileg, Pengacara Gerindra Malah Keliru Minta MK Batalkan Permohonan

Gugat Hasil Pileg, Pengacara Gerindra Malah Keliru Minta MK Batalkan Permohonan

Nasional
Resmikan Warung NKRI Digital, BNPT Ingatkan Semua Pihak Ciptakan Kemandirian Mitra Deradikalisasi

Resmikan Warung NKRI Digital, BNPT Ingatkan Semua Pihak Ciptakan Kemandirian Mitra Deradikalisasi

Nasional
Klaim Ada Perpindahan Suara ke PKB, PKN, dan Garuda, PPP Minta PSU di Papua Pegunungan

Klaim Ada Perpindahan Suara ke PKB, PKN, dan Garuda, PPP Minta PSU di Papua Pegunungan

Nasional
Berkaca Kasus Brigadir RAT, Kompolnas Minta Polri Evaluasi Penugasan Tak Sesuai Prosedur

Berkaca Kasus Brigadir RAT, Kompolnas Minta Polri Evaluasi Penugasan Tak Sesuai Prosedur

Nasional
Hakim MK Singgung Timnas di Sidang Pileg: Kalau Semangat kayak Gini, Kita Enggak Kalah 2-1

Hakim MK Singgung Timnas di Sidang Pileg: Kalau Semangat kayak Gini, Kita Enggak Kalah 2-1

Nasional
Caleg PDI-P Hadiri Sidang Sengketa Pileg secara Daring karena Bandara Sam Ratulangi Ditutup

Caleg PDI-P Hadiri Sidang Sengketa Pileg secara Daring karena Bandara Sam Ratulangi Ditutup

Nasional
Ketum PGI: 17 Kali Jokowi ke Papua, tapi Hanya Bertemu Pihak Pro Jakarta

Ketum PGI: 17 Kali Jokowi ke Papua, tapi Hanya Bertemu Pihak Pro Jakarta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com