Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Berita Populer: Aplikasi Go-Jek Raib dari App Store dan Makar Berbiaya Rp 3 Miliar

Kompas.com - 04/04/2017, 06:37 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Aplikasi Go-Jek menghilang dari app store Ios, Senin kemarin, masuk dalam jajaran berita populer Kompas.com, Selasa ini.

Selain itu, ada juga soal rencana makar yang membutuhkan dana Rp 3 miliar dan rencana makar dengan menduduki Gedung MPR/DPR RI.

Berikut 5 berita populer Kompas.com:

1. Ahok dan reklamasi

Kompas.com/Alsadad Rudi Penampakan pulau C dan D dari atas udara. Pulau C dan D adalah sejumlah pulau yang termasuk dalam proyek reklamasi di Teluk Jakarta.
Calon gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjawab pertanyaan netizen di jejaring sosial Twitter pada program "Rosi" di Kompas TV. Pertanyaan dari netizen itu seputar mengapa harus ada dan untuk siapa reklamasidi Teluk Jakarta.

Ahok menjawab, reklamasi yang digagas Presiden ke 2 RI Soeharto sebetulnya merupakan ide yang cemerlang. Karena menurut Ahok, Soeharto ingin memanfaatkan reklamasi untuk pertumbuhan ekonomi.

"Kalau reklamasi dilakukan hitungannya akan menyerap tenaga kerja (sebanyak) 1 juta," kata Ahok di Djakarta Theater, Minggu (2/4/2017) malam.

Namun, menurut Ahok, yang perlu dipikirkan adalah bagaimana pegawai yang bekerja di pulau reklamasi itu nantinya bisa mendapat tempat tinggal juga di pulau tersebut.

Selengkapnya baca di Saat Ahok Ditanya Reklamasi untuk Siapa...

 

2. Tersangka makar butuh Rp 3 miliar

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwonomengatakan terduga pemufakatan makar sudah merencanakan besaran anggaran untuk melakukan aksi penggulingan Pemerintah Republik Indonesia (RI) saat ini. Perencanaan itu dibuat dalam pertemuan di Kalibata, Jakarta Selatan dan Menteng, Jakarta Pusat.

"Memang di sana disampaikan bahwa untuk jatuhkan pemerintah sah dibutuhkan dana Rp 3 miliar, pemerintah bisa jatuh," kata Argo di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (3/4/2017).

Menurut Ago, polisi saat ini belum mendapatkan sumber dana tersebut. Adapun uang Rp 3 miliar itu masih dalam bentuk perencanaan dan belum terealisasi.

Selengkapnya baca: Tersangka Pemufakatan Makar Butuh Rp 3 M untuk Gulingkan Pemerintah

 

3. Apliskasi Go-Jek menghilang dari app store

Aplikasi Go-Jek mendadak hilang dari daftar Apple App Store. Padahal di toko aplikasi Android, Google Play Store, aplikasi Go-Jekmasih ada dan bisa diunduh tanpa kendala.

Masalah menghilangnya aplikasi ini juga dikeluhkan oleh sejumlah netizen. Mereka kebingungan karena tidak berhasil menemukan aplikasi pemesanan ojek tersebut saat memakai iPhone (iOS).

Pantauan KompasTekno, Senin (3/4/2017), keluhan tersebut antara lain diutarakan melalui Twitter oleh akun @YuniAfdrnti (Yuni Afandrianti).

“Gojek di iOS kok ga terdaftar ya? Cari di Google ada, pas dibuka unavailable in indo app store. Apa krn pake ios 10?” kicau akun tersebut.

Selengkapnya baca: Aplikasi Go-Jek Mendadak Hilang dari App Store

 

4. Pengakuan Nazaruddin di Pengadilan Tipikor

KOMPAS.com/ABBA GABRILLIN Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (3/4/2017).
Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, membenarkan adanya pembagian uang di Ruang Kerja Anggota Komisi II DPR RI sekaligus Anggota Badan Anggaran DPR RI, Mustokoweni.

Uang tersebut berkaitan dengan proyek e-KTP yang saat itu pembahasannya tengah bergulir di Komisi II.

Nazar mengatakan, tak semua anggota Komisi II menerima uang tersebut.

Ganjar Pranowo yang saat itu menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi II DPR menolak uang sebesar 150.000 dollar AS.

"Ribut dia di meja dikasih 150.000. Dia minta (jumlahnya) sama dengan posisi ketua," ujar Nazar, saat bersaksi di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (3/4/2017).

Nazar mengatakan, ada perbedaan pembagian kepada Pimpinan Komisi II DPR RI.

Selengkapnya baca: Kata Nazaruddin, Ganjar Tolak Uang E-KTP karena Jumlahnya Tak Sesuai

 

5. Beredar foto polisi berpose dengan jenazah 5 begal

handout Foto anggota polisi sedang berpose bersama lima begal yang baru saja ditembak mati beredar di grup WhatsApp.
Tim Mabes Polrimelakukan pemeriksaan di Lampung, Senin (3/4/2017), terhadap viralnya foto yang menunjukkan anggota polisi sedang berpose bersama lima begal yang baru saja ditembak mati.

Kabid Humas Polda Lampung Kombes Sulistyaningsih membenarkan kedatangan tim pengamanan internal (paminal) Polri yang datang ke Lampung.

"Memang benar ada kedatangan tim Paminal Mabes Polri untuk melakukan pemeriksaan terhadap konten foto yang beredar viral di media sosial," kata Sulis.

Pemeriksaan dipimpin oleh Karo Paminal Mabes Polri Brigjen Baharudin Jafar. Pemeriksaan tersebut dilakukan karena konten foto yang disebar melanggar kode etik profesi.

"Tim menyayangkan anggota polisi berpose foto seperti itu dan tim juga mendalami siapa yang pertama kali menyebar foto tersebut ke ranah publik," tuturnya.

Pemeriksaan dilakukan terhadap Kasat Reskrim dan anggotanya di Ruangan Kapolresta Bandarlampung. Sebelumnya beredar viral foto anggota polisi yang berpose di antara jejeran mayat begal yang diburu oleh tim Tekab 308.

Selengkapnya baca: Ditelusuri, Foto Polisi Berpose Bersama 5 Begal yang Ditembak Mati

Kompas TV Nazaruddin Sebut "Siapa-Siapa" yang Dapat Dana E-KTP

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Nasional
Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com