JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi III DPR RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Abu Bakar Al Habsyi meragukan kebenaran kasus suap yang menjerat hakim Konstitusi Patrialis Akbar.
Apalagi, jika Patrialis sampai menyanggupi permintaan penyuap, yakni meloloskan uji materi yang sedang ditangani Mahkamah Konstitusi (MK).
"Saya sendiri sampai saat ini masih tidak yakin ada suap pada perkara judicial review," ujar Abu Bakar di gedung MK, Jakarta Pusat, Senin (30/1/2017).
(baca: Mahfud MD: Kalau Patrialis Terbukti Terima Suap, Dia Orang Rakus)
Ia mengatakan, ada sembilan orang hakim konstitusi. Dalam setiap putusan, sembilan hakim tersebut menyampaikan pendapatnya.
Maka dari itu, menurut Abu Bakar, sangat sulit bagi Patrialis jika harus meyakinkan delapan atau minimal lima hakim lainnya agar uji materi tersebut diterima.
"Di sinilah saya belum meyakini konstruksi perkara Patrialis," kata dia.
"Apa iya beliau bisa memengaruhi hakim lain atau paling tidak, apa memang bisa Patrialis mempengaruhi lima hakim agar bisa menang voting? Yang saya tahu indepensi para hakim MK dalam berpendapat itu sangat luar biasa," tambah dia.
(baca: Demokrat Minta Kasus Patrialis Tak Dikaitkan dengan SBY)
Patrialis ditangkap dalam operasi tangkap tangan, Rabu (25/1/2017). Patrialis ditetapkan sebagai tersangka setelah diduga menerima suap sebesar sebesar 20.000 dollar Amerika Serikat dan 200.000 dollar Singapura, atau senilai Rp 2,15 miliar.
Pemberian dari pengusaha impor daging Basuki Hariman tersebut diduga agar Patrialis membantu mengabulkan gugatan uji materi yang sedang diproses di Mahkamah Konstitusi.
Perkara gugatan yang dimaksud, yakni uji materi nomor 129/puu/XII/2015. Pengujian tersebut terkait Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
(baca: Basuki Hariman Akui Beri Uang kepada Orang Dekat Patrialis)
Patrialis membantah menerima suap. Patrialis justru menganggap dirinya sebagai korban, bukan seorang pelaku korupsi.
Ia meminta agar para hakim Mahkamah Konstitusi serta masyarakat memahami bahwa dirinya sedang mendapat perlakuan tidak adil.
"Demi Allah, saya betul-betul dizalimi. Saya tidak pernah menerima uang satu rupiah pun dari Pak Basuki," ujar Patrialis