Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tawa Jokowi dan Megawati pada Kisah Pengkhianatan Adipati

Kompas.com - 24/01/2017, 10:04 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pangeran Akbar jago memanah. Ia pun ingin membuktikannya kepada sang kakak, Pangeran Cak Lontong.

"Tolong ambilkan anak panah," pinta dia kepada sang kakak.

Dari tabung yang disematkan di punggung sang adik, Pangeran Lontong mengambil sebilah dari seikat anak panah itu. Ia menyerahkannya ke sang adik.

Namun, sang adik protes, "loh, ini bukan anak panah," sembari menerawang anak panah yang diberikan sang kakak.

"Lalu ini apa dong?" tanya sang kakak keheranan.

"Ini bapak panah," jawab Pangeran Akbar.

Pangeran Lontong kemudian mengambil sebilah anak panah lain dan memberikannya ke sang adik.

"Nah ini baru anak panah," wajah Pangeran Akbar berseri-seri.

"Lah bedanya di mana?" sang kakak bertanya lagi.

"Kalau bapak panah sudah tumpul. Kalau anak panah belum tajam," Pangeran Akbar menjawab cuek.

Pangeran Lontong lalu berteriak sebal, "lah ya artinya sama-sama tumpul".

Pecahlah tawa penonton.

Itulah salah satu adegan dalam pagelaran teater kebangsaan bertajuk "Tripikala ; Tertawa bersama Megawati Soekarnoputri" yang digelar di ruang teater Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Senin (23/1/2017).

Acara itu digelar sekaligus untuk memperingati hari ulang tahun ke-70 Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Aksi teatrikal itu mengisahkan Paduka Raja Butet Kertaradjasa yang sedang mencari siapa penerus tahtanya dengan menguji loyalitas dan tanggung jawab orang-orang di sekelilingnya. Raja kemudian berpura-pura sakit.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com