JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah dan unsur terkait lainnya terus melakukan penanganan banjir besar yang terjadi di Kota Bima pekan lalu, Rabu (21/12/2016).
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, saat ini masyarakat sudah dapat beraktivitas seperti biasa.
"Aktivitas masyarakat sudah kembali normal. Penanganan pengungsi semakin membaik," ujar Sutopo melalui keterangan tertulis, Rabu (28/12/2016).
Wali Kota Bima M Qurais H Abidin menetapkan tanggap darurat hingga 5 Januari 2017.
Sutopo mengatakan, layanan listrik di Kota Bima sudah 99,5 persen menyala karena 11 dari 12 gardu listrik yang mati sudah berhasil dinyalakan oleh Perusahaan Listrik Negara.
Tinggal satu gardu di Kapanta, Kelurahan Nungga, Kecamatan Rasanae, yang belum menyala karena longsor.
Selain itu, layanan kesehatan juga sudah membaik karena RSU PKU Muhammadiyah dan RS di STIKES sudah dapat beroperasi kembali.
TNI juga menambah pelayanan kesehatan dengan membangun rumah sakit lapangan di Conventional Hall di Kota Bima.
Rumah sakit lapangan ini didukung 80 petugas medis dan 205 personel serbaguna.
Sejak kemarin, sebanyak 80 orang telah ditangani oleh RS lapangan ini. Rata-rata mereka mengeluhkan sakit diare dan gatal di kulit.
"RS lapangan ini juga menyediakan fasilitas untuk rawat inap," kata Sutopo.
(Baca juga: Pasien Korban Banjir di Bima Terus Bertambah, Capai 9.923 Orang)
Saat ini, jalan protokol juga sudah bersih dari genangan dan lumpur. Sebanyak 650 personel gabungan dari TNI, Polri, dan relawan masih terus membersihkan lumpur dan lingkungan.
Agar mempercepat pembersihan, kata Sutopo, pihak posko mengerahkan 70 truk dan 5 ekskavator untuk mengangkut sampah. Mereka juga membuka lokasi tempat pembuangan akhir yang baru.
"Di samping itu, posko juga akan mendistribusikan peralatan pembersihan, seperti sekop, karung, dan karbol," kata dia.
(Baca juga: Pasien Korban Banjir di Bima Terus Bertambah Capai 9.923 Orang)
BNPB pun memberikan bantuan tunai atau cash for work kepada BPBD Kota Bima untuk disalurkan kepada masyarakat yang terdampak langsung untuk membersihkan lingkungan dan rumahnya.
Bantuan ini merupakan bantuan langsung kepada korban bencana agar mereka dapat memperoleh penghasilan dan meningkatkan ekonomi lokal karena masyarakat tidak dapat bekerja setelah terkena bencana.
Cash for work ini pernah diberikan ke sejumlah tempat yang terkena bencana, seperti saat erupsi Merapi, Sinabung, banjir Manado, dan gempa Pidie Jaya.
Pembersihan sekolah kini juga sudah mencapai 50 persen. Sutopo mengatakan, pemerintah menargetkan pada 3 Januari mendatang, semua sekolah sudah siap untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Seiring pemulihan kondisi Kota Bima, sebagian pengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing. Jumlah pengungsi yang masih ditampung di posko kini tinggal 6.900 orang, yang tersebar di 33 titik.
"Untuk melayani pengungsi, dapur umum sudah bertambah menjadi 17 titik dengan kapasitas masak 21.700 bungkus per hari," kata Sutopo.