JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla bertolak ke Bima, Nusa Tenggara Barat, Rabu (28/12/2016) pagi.
Kunjungan kerja tersebut dilakukan menyusul terjadinya musibah banjir di kawasan tersebut pekan lalu.
"Kunjungan diawali dengan peninjauan Posko Utama Banjir di Kantor Pemerintah Kota Bima," demikian keterangan tertulis yang diterima awak media dari Sekretariat Wapres, Rabu.
Di lokasi tersebut, Kalla akan mendengarkan paparan atas proses penanggulangan banjir yang telah dilaksanakan. Selain itu, dia juga akan mengecek sejumlah lokasi yang terdampak banjir dan posko logistik di lokasi-lokasi tersebut.
Berdasarkan pendataan sementara BPBD, ada 105.753 penduduk terdampak banjir.
Sementara fasilitas umum milik pemerintah banyak yang rusak. Terdiri dari jembatan, perkantoran, infrastruktur jalan, sarana air bersih, dan fasilitas persampahan.
Selain itu, gedung sekolah, puskesmas, dan kantor lainnya mengalami kerusakan parah.
"Fasilitas umum seperti jembatan, jalan, dan sarana prasarana lain yang mengalami kerusakan mencapai Rp 255 miliar. Sementara sarana kesehatan, ada 4 Puskesmas, 29 Puskesmas Pembantu, 29 Polindes, 1 kantor Labkesda, dan sejumlah fasilitas kesehatan milik swasta rusak dengan total kerugian sebesar Rp 66,4 miliar," kata Kepala BPBD Kota Bima, Syarafuddin.
Sementara untuk kerusakan rumah penduduk akibat banjir, ia mengaku saat ini masih dalam proses pendataan untuk menghitung jumlah kerugian.
Begitu pula dengan hewan ternak dan lahan pertanian yang terendam lumpur akibat banjir, juga sedang dilakukan pendataan.
"Kerusakan rumah warga, lahan pertanian, dan hewan ternak masih dalam proses pendataan. Sedangkan sarana pendidikan seperti sekolah-sekolah sedang kami rekap," kata dia.
(Baca juga: BNPB: Kerugian Banjir Bima Lebih dari Rp 1 Triliun)
Menurut Syafaruddin, selain merusak fasilitas pemerintah dan rumah penduduk, banjir yang menerjang kota tepian air itu menyebabkan aktivitas pemerintahan dan kegiatan ekonomi terganggu.
Terlebih lagi dua jembatan di daerah itu sudah terputus, sehingga menyebabkan akses transportasi di beberapa wilayah setempat menjadi terhambat.
"Sekolah diliburkan, listrik di beberapa wilayah yang rawan banjir juga masih padam. Begitu juga jaringan belum pulih," ujarnya.
(Baca juga: Pasien Korban Banjir di Bima Terus Bertambah Capai 9.923 Orang)
Sementara itu, lanjut Syarafuddin, warga pengungsi yang terdampak bencana secara bertahap sudah mulai kembali ke rumahnya masing-masing.
"Air yang menggenangi rumah warga sudah surut total. Warga sudah mulai kembali ke rumahnya masing-masing," kata dia.
Untuk menjamin kebutuhan warga korban bencana, pihaknya intensif menerjunkan tim logistik. Pendirian dapur umum tiap kecamatan dan kelurahan pun mulai dilakukan secara efisien.
"Bantuan logistik kita salurkan melalui kelurahan. Kita juga sudah membuka dapur umum di 4 lokasi rawan bencana," ucap Syafaruddin.