Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fahri Hamzah Dorong Perekam Pertemuan Novanto, Riza, dan Maroef Ditindak

Kompas.com - 08/09/2016, 13:23 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah bersyukur atas putusan Mahkamah Konstitusi yang memenangkan gugatan uji materi Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto atas pasal penyadapan dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Ia mengapresiasi karena Mahkamah Konstitusi (MK) secara tegas menyatakan bahwa alat bukti tak bisa dikumpulkan secara ilegal.

Dalam hal ini, alat bukti tersebut adalah rekaman percakapan antara Novanto, pengusaha minyak Riza Chalid, dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia ketika itu, Maroef Sjamsoeddin.

Dalam rekaman tersebut diduga ada suara mengenai permintaan saham Freeport dengan mencatut nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

(Baca: Gugatannya Dikabulkan MK, Ini Kata Setya Novanto)

"Sekarang alhamdulillah MK telah membenarkan apa yang menjadi sikap selama ini bahwa illegal gathering of information adalah ilegal," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (8/9/2016).

Ia mendorong agar penegak hukum menindak si perekam. Sebab, perekam bukan merupakan intelijen atau penegak hukum.

(Baca: Akbar Faizal Nilai Putusan MK yang Menangkan Gugatan Setya Novanto Keliru)

"Harus dong (didorong), tetapi kan semua ada di korban, kita enggak tahu korban mau menuntut, apa tidak. Itu urusan korban, meskipun sudah jadi hukum terbuka. Akibat hukum tentu ada di hari ke depan," kata politisi PKS itu.

MK sebelumnya menerima sebagian gugatan uji materi yang diajukan oleh Setya Novanto, terkait penyadapan atau perekaman yang dijadikan barang bukti dalam penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan.

(Baca: MK Terima Sebagian Gugatan UU ITE yang Diajukan Setya Novanto)

MK juga memutuskan penerapan Pasal 5 ayat (1) dan (2) UU Informasi dan Transaksi Elektronik terkait rekaman atau dokumen elektronik sebagai alat bukti.

Menurut MK, rekaman atau dokumen elektronik sah sebagai alat bukti sepanjang alat bukti itu diperoleh berdasarkan permintaan penegak hukum.

Maroef merekam

Maroef sebelumnya mengaku merekam pertemuan pada 8 Juni 2015 sebagai bentuk proteksi.

(Baca: Maroef Sjamsoeddin Akui Rekam Pertemuan untuk Proteksi Diri)

"Tidak pernah ada yang menyuruh saya, inisiatif saya. Saya rekam karena saya sendiri," kata Maroef saat bersaksi dalam persidangan di Mahkamah Kehormatan Dewan di Kompleks Parlemen, Kamis (3/12/2015).

Pertemuan itu merupakan pertemuan ketiga Maroef dengan Novanto. Pada pertemuan kedua, 13 Mei 2015, Maroef dikenalkan dengan Riza oleh Novanto.

Berbeda dengan pertemuan pertama dan kedua, Maroef mengatakan, inisiator pertemuan ketiga justru adalah Riza.

Maroef mengaku bahwa sejak pertemuan kedua, dirinya sudah menaruh curiga. Sebab, bukannya mengajak anggota Komisi VII DPR jika ingin membicarakan bisnis Freeport, Novanto justru mengajak Riza yang notabene merupakan pengusaha.

"Karena kecurigaan saya sebelumnya, dan saya belum tahu sama sekali apa yang akan berkembang," kata mantan Wakil Kepala BIN itu.

Rekaman itu kemudian diserahkan ke Kejaksaan Agung untuk kepentingan penyelidikan dugaan adanya pemufakatan jahat.

Namun, pengusutan kasus tersebut tidak berjalan dengan alasan penyidik kejaksaan tidak bisa meminta keterangan Riza.

Kompas TV Isi Rekaman Papa Minta Saham
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dengan Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dengan Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Nasional
Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Nasional
Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Nasional
Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: 'Skincare' Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: "Skincare" Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Nasional
Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Nasional
'Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo'

"Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo"

Nasional
Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Jokowi Makan Mie Gacoan di NTB, Pesan Mi Level 0

Jokowi Makan Mie Gacoan di NTB, Pesan Mi Level 0

Nasional
Kaum Intelektual Dinilai Tak Punya Keberanian, Justru Jadi Penyokong Kekuasaan Tirani

Kaum Intelektual Dinilai Tak Punya Keberanian, Justru Jadi Penyokong Kekuasaan Tirani

Nasional
[POPULER NASIONAL] Para Sesepuh Kopassus Bertemu | Prabowo Ingin Libatkan Megawati Susun Kabinet

[POPULER NASIONAL] Para Sesepuh Kopassus Bertemu | Prabowo Ingin Libatkan Megawati Susun Kabinet

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com