Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata "Nawacita" Hilang dari RAPBN, Misbakhun Protes Sri Mulyani

Kompas.com - 02/09/2016, 17:37 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi XI DPR M Misbakhun mengaku khawatir dengan hilangnya kata "Nawacita" di RAPBN 2017.

Menurut Misbakhun, sejak Menteri Keuangan dijabat Sri Mulyani Indrawati, kata tersebut tak tampak di pembukaan RAPBN. 

Misbakhun mengatakan, dirinya sudah terlibat dalam tiga kali pembahasan APBN selama pemerintahan Jokowi, yakni APBN Perubahan 2015, APBN 2016, dan yang terakhir RAPBN 2017.

Namun, baru kali ini Misbakhun merasa bingung karena dalam buku RAPBN 2017 justru tak ada kata-kata "Nawacita".

“Saya bawa nota keuangan sejak tahun awal. Di nota keuangan saat ini saya bingung. Dulu selalu ada kata-kata Nawacita di halaman pertama,” kata Misbakhun di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Jumat (2/9/2016).

Ia menegaskan, Joko Widodo menjadi presiden karena rakyat menginginkan realisasi Nawacita.

Karenanya, realisasi Nawacita itu mestinya juga sudah tercermin dalam APBN. Misbakhun mengingatkan Menkeu Sri Mulyani agar benar-benar konsisten berada di jalur Nawacita sesuai keinginan Jokowi.

“Kita memilih Jokowi karena Nawacita, cita-citanya. Diyakini cita-cita itu sesuai dengan keinginan rakyat,” ujar politisi Partai Golkar ini.

Selain persoalan ketiadaan kata "Nawacita", Misbakhun juga meminta Sri Mulyani tak asal mengoreksi asumsi pertumbuhan ekonomi yang sudah ditetapkan Jokowi.

Menurut Misbakhun, Sri Mulyani berencana merevisi asumsi pertumbuhan ekonomi di RAPBN 2017 harus menjadi 5,2 atas dasar profesional judgement dan kondisi terkini.

Padahal, Presiden Jokowi dalam pidatonya di hadapan MPR, DPR, dan DPD pada 16 Agustus lalu menyatakan asumsinya adalah 5,3 persen.

"Ini akan menyebabkan kebingungan kita, siapa mengoreksi siapa?" ucap Misbakhun.

Misbakhun menegaskan bahwa Pidato Presiden Jokowi pada 16 Agustus lalu adalah pidato politik dan berada di ruang politik.

Sehingga pasti sudah mempertimbangkan banyak penilaian dari berbagai pihak. Terbukti, kata Misbakhun, walau Sri Mulyani memproyeksikan ekonomi lesu, namun Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardoyo justru lebih optimistis dibanding sang menteri.

"Saya sendiri memilih bahwa yang resmi adalah yang disampaikan Presiden di Nota Keuangan," ujarnya.

Kompas TV Usul Pencabutan Subsidi Solar Disampaikan di RAPBN-P 2016

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pramono Anung: Tanya ke DPP Sana...

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pramono Anung: Tanya ke DPP Sana...

Nasional
Pimpinan MPR Temui Jusuf Kalla untuk Bincang Kebangsaan

Pimpinan MPR Temui Jusuf Kalla untuk Bincang Kebangsaan

Nasional
Kemenkes: Subvarian yang Sebabkan Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Belum Ada di Indonesia

Kemenkes: Subvarian yang Sebabkan Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Belum Ada di Indonesia

Nasional
Sri Mulyani Cermati Dampak Kematian Presiden Iran terhadap Ekonomi RI

Sri Mulyani Cermati Dampak Kematian Presiden Iran terhadap Ekonomi RI

Nasional
Menteri ATR/Kepala BPN Serahkan 356 Sertifikat Tanah Elektronik untuk Pemda dan Warga Bali

Menteri ATR/Kepala BPN Serahkan 356 Sertifikat Tanah Elektronik untuk Pemda dan Warga Bali

Nasional
Pernah Dukung Anies pada Pilkada DKI 2017, Gerindra: Itu Sejarah, Ini Sejarah Baru

Pernah Dukung Anies pada Pilkada DKI 2017, Gerindra: Itu Sejarah, Ini Sejarah Baru

Nasional
Pemerintah Akan Evaluasi Subsidi Energi, Harga BBM Berpotensi Naik?

Pemerintah Akan Evaluasi Subsidi Energi, Harga BBM Berpotensi Naik?

Nasional
MK Tolak Gugatan Anggota DPR Fraksi PAN ke 'Crazy Rich Surabaya'

MK Tolak Gugatan Anggota DPR Fraksi PAN ke "Crazy Rich Surabaya"

Nasional
Wapres Harap Ekonomi dan Keuangan Syariah Terus Dibumikan

Wapres Harap Ekonomi dan Keuangan Syariah Terus Dibumikan

Nasional
Wapres Sebut Kuliah Penting, tapi Tak Semua Orang Harus Masuk Perguruan Tinggi

Wapres Sebut Kuliah Penting, tapi Tak Semua Orang Harus Masuk Perguruan Tinggi

Nasional
BNPB: 2 Provinsi dalam Masa Tanggap Darurat Banjir dan Tanah Longsor

BNPB: 2 Provinsi dalam Masa Tanggap Darurat Banjir dan Tanah Longsor

Nasional
Pimpinan KPK Alexander Marwata Sudah Dimintai Keterangan Bareskrim soal Laporan Ghufron

Pimpinan KPK Alexander Marwata Sudah Dimintai Keterangan Bareskrim soal Laporan Ghufron

Nasional
Drama Nurul Ghufron Vs Dewas KPK dan Keberanian Para 'Sesepuh'

Drama Nurul Ghufron Vs Dewas KPK dan Keberanian Para "Sesepuh"

Nasional
Di Hadapan Jokowi, Kepala BPKP Sebut Telah Selamatkan Uang Negara Rp 78,68 Triliun

Di Hadapan Jokowi, Kepala BPKP Sebut Telah Selamatkan Uang Negara Rp 78,68 Triliun

Nasional
Hadapi Laporan Nurul Ghufron, Dewas KPK: Kami Melaksanakan Tugas

Hadapi Laporan Nurul Ghufron, Dewas KPK: Kami Melaksanakan Tugas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com