Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Augustinus Widyaputranto
Pemerhati pendidikan

Pemerhati masalah pendidikan, bekerja sebagai Kepala Bagian Program Development Sekolah Bisnis dan Ekonomi – Universitas Prasetiya Mulya,  Jakarta

“Terima Kasih Telah Berdiri” dari Indonesia Raya

Kompas.com - 31/08/2016, 13:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Namun demikian, banyak orang tidak berdiri tegak dan berhenti beraktivitas ketika lagu ini dikumandangkan.

Di kesempatan lain bahkan terjadi juga lagu Indonesia Raya berfungsi sebagai pengiring arak-arakan prosesi bendera di awal upacara keagamaan memperingati Hari Kemerdekaan.

Tidak tahu dan tidak tergerak untuk berekspresi dan bersikap yang tepat mungkin menjadi dua hal yang mendasari fenomena ini.

Oleh sebab itu, edukasi dan pembiasaan memang menjadi penting, dan di sinilah peran pendidikan nasional menjadi sangat strategis dan penting.

Kesadaran sebagai Bangsa

Namun di sisi lain, bukan tidak mungkin bahwa fenomena kecil ini sebenarnya sedikit menyingkap fakta bahwa tataran kesadaran kita sehari-hari bukanlah kesadaran sebagai sebuah bangsa, atau kesadaran penuh sebagai seorang warga negara yang bertanggung jawab dan terhormat.

Sebagian besar dari kita faktanya memang tidak tersentuh dan tidak tergerak untuk berdiri penuh hormat ketika mendengar lagu yang merupakan identitas dan pemersatu kita sebagai bangsa.

Lagu yang seharusnya patut dihormati sebagai bentuk ekspresi kecintaan pada bangsa ini ternyata tidak cukup membuat kita dengan kesadaran penuh mengambil sikap hormat: hormat pada bangsa, perjuangannya, dan identitasnya.

Di bioskop, lagu yang dikumandangkan dengan hikmat bersama visual yang inspiratif itu nampaknya hanya diperlakukan sebagai pengisi waktu jeda seperti trailer film pada umumnya.

Kita, sebagai bangsa Indonesia, nampaknya memang tidak terbiasa dengan “militansi” rasa kebangsaan seperti di negara-negara lain, yang begitu mendengar lagu kebangsaannya lalu menghentikan aktivitas, berdiri tegak penuh hormat.

Rasa kebangsaan kita mungkin lebih sering muncul dan terpicu di dalam perselisihan atau sengketa dengan bangsa lain, atau dalam kompetisi olah raga.

Nampaknya hanya pada saat-saat itu banyak orang seolah-olah begitu nasionalis, dan berapi-api menyatakan diri sebagai satu bangsa yang bersatu dan berdaulat.

Apakah perasaan kebangsaan itu baru memang muncul bila kita memiliki “musuh”? Apa jangan-jangan kita adalah bangsa yang kurang bersyukur, dan selalu membutuhkan musuh untuk mencintai bangsa kita sendiri?

Berbangsa: Apakah Masih Relevan?

Kalau memang berbangsa itu masih relevan, maka mungkin pertanyaan besarnya adalah sebagai berikut. Kesadaran macam apakah yang kita miliki setiap harinya sebagai manusia yang hidup di bumi Indonesia?

Halaman:


Terkini Lainnya

Eks KSAU Ungkap 3 Tantangan Terkait Sistem Pertahanan Udara Indonesia

Eks KSAU Ungkap 3 Tantangan Terkait Sistem Pertahanan Udara Indonesia

Nasional
Mayoritas Provinsi Minim Cagub Independen, Pakar: Syaratnya Cukup Berat

Mayoritas Provinsi Minim Cagub Independen, Pakar: Syaratnya Cukup Berat

Nasional
Soal Gagasan Penambahan Kementerian, 3 Kementerian Koordinator Disebut Cukup

Soal Gagasan Penambahan Kementerian, 3 Kementerian Koordinator Disebut Cukup

Nasional
 Belum Diatur Konstitusi, Wilayah Kedaulatan Udara Indonesia Dinilai Masih Lemah,

Belum Diatur Konstitusi, Wilayah Kedaulatan Udara Indonesia Dinilai Masih Lemah,

Nasional
PAN Setia Beri Dukungan Selama 15 Tahun, Prabowo: Kesetiaan Dibalas dengan Kesetiaan

PAN Setia Beri Dukungan Selama 15 Tahun, Prabowo: Kesetiaan Dibalas dengan Kesetiaan

Nasional
PAN Setia Dukung Prabowo Selama 15 Tahun, Zulhas: Ada Kesamaan Visi dan Cita-cita

PAN Setia Dukung Prabowo Selama 15 Tahun, Zulhas: Ada Kesamaan Visi dan Cita-cita

Nasional
Koalisi Vs Oposisi: Mana Cara Sehat Berdemokrasi?

Koalisi Vs Oposisi: Mana Cara Sehat Berdemokrasi?

Nasional
Pansel Capim KPK Diminta Tak Buat Kuota Pimpinan KPK Harus Ada Unsur Kejaksaan atau Kepolisian

Pansel Capim KPK Diminta Tak Buat Kuota Pimpinan KPK Harus Ada Unsur Kejaksaan atau Kepolisian

Nasional
Berkaca dari Kasus Firli, Pansel Capim KPK Diminta Lebih Dengarkan Masukan Masyarakat

Berkaca dari Kasus Firli, Pansel Capim KPK Diminta Lebih Dengarkan Masukan Masyarakat

Nasional
Sidang Kasus SYL Menguak Status Opini WTP BPK Masih Diperjualbelikan

Sidang Kasus SYL Menguak Status Opini WTP BPK Masih Diperjualbelikan

Nasional
Kemenag Sepakat Proses Hukum Penggerudukan Ibadah di Indekos Dilanjutkan

Kemenag Sepakat Proses Hukum Penggerudukan Ibadah di Indekos Dilanjutkan

Nasional
Soal Komposisi Pansel Capim KPK, Pukat UGM: Realitanya Presiden Amankan Kepentingan Justru Mulai dari Panselnya

Soal Komposisi Pansel Capim KPK, Pukat UGM: Realitanya Presiden Amankan Kepentingan Justru Mulai dari Panselnya

Nasional
PAN Lempar Kode Minta Jatah Menteri Lebih ke Prabowo, Siapkan Eko Patrio hingga Yandri Susanto

PAN Lempar Kode Minta Jatah Menteri Lebih ke Prabowo, Siapkan Eko Patrio hingga Yandri Susanto

Nasional
Kaitkan Ide Penambahan Kementerian dengan Bangun Koalisi Besar, BRIN: Mengajak Pasti Ada Bonusnya

Kaitkan Ide Penambahan Kementerian dengan Bangun Koalisi Besar, BRIN: Mengajak Pasti Ada Bonusnya

Nasional
Membedah Usulan Penambahan Kementerian dari Kajian APTHN-HAN, Ada 2 Opsi

Membedah Usulan Penambahan Kementerian dari Kajian APTHN-HAN, Ada 2 Opsi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com