"Sebab, waktu-waktu krusialnya itu ya pas naik dan turun tangga itu," ujar pria yang bertugas sebagai mekanik pesawat terbang di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Namun, akhirnya ia bersyukur setelah Nilam sukses membuat jutaan pasang mata berdecak kagum atas keberhasilan prosesi itu.
Istohari tidak menyangka anaknya yang selama ini ia selalu anggap sebagai anak kecil serta selalu beradu argumen itu akhirnya menjadi pembawa baki bendera pusaka di Istana Merdeka dan berhasil melaksanakannya.
Ia yakin, selain dengan talenta yang dimiki Nilam, doa dan pembentukan karakter dari dirinyalah yang membuat Nilam menjadi orang pilihan.
"Saya orangnya disiplin. Shalat lima waktu sampai sekolah hingga hal-hal kecil, termasuk soal sandal ya. Saya enggak mau berantakan, sandal itu harus kiri kanan, rapih. Makan juga begitu, habis makan ya dibersihkan. Ini mungkin jadi kebiasaan baik bagi Nilam," ujar Istohari.
Ke depan, ia pun berharap Nilam menjadi orang yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.