Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Iman Purnama

Pernah bekerja sebagai wartawan magang, copywriter, dan content writer. Kini mahasiswa master di Center for Religious and Cross Cultural Study (CRCS) Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dangir, Masyarakat Adat, dan Semesta yang Hilang

Kompas.com - 09/08/2016, 21:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorTri Wahono

Tentang masyarakat adat

Satu ajaran kepercayaan yang menonjol dari para Wong Sikep adalah jangan menganggu orang, bertengkar, iri hari, atau mengambil hak milik orang lain. Selain itu, sabar, jangan sombong, tidak berpoligami, dan saling menghormati satu sama lain, juga ajaran yang menjadi ciri khas mereka selain jujur serta senantiasa berbuat baik.

Perjalanan Samin yang awalnya hanya ajaran spiritual atau kepercayaan adat menjadi sebuah gerakan melawan penjajah memang menarik. Hal itu sudah sepatutnya menjadi perhatian bersama, meski testimoni Dangir terjadi pada permulaan abad ke-20 dan hanya diketahui segelintir pihak—seperti peminat kajian sejarah atau agama lokal.

Signifikasi pentingnya adalah para penganut Samin dan berbagai kepercayaan lokal lain masih eksis sampai sekarang. Tersebar di berbagai daerah di Indonesia, mereka acap kali tidak berdaya menghadapi laju kepentingan politik maupun bisnis yang kerap kali tidak mengindahkan kepentingan masyarakat adat.

Tidak jarang, para Samin dan penganut kepercayaan lokal lain terpaksa menyerah sehingga identitas mereka pelan-pelan tercancam lenyap.

Padahal, sejak tahun 2007 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menelurkan deklarasi yang memuat soal pentingnya pengakuan atas hak masyarakat adat di seluruh dunia.

Dalam United Nations Declaration on the Rights of Indigenous Peoples, terdapat 46 pasal yang memuat hak-hak dan kewajiban negara untuk mengakui identitas—beserta seluruh elemennya—masyarakat adat yang tinggal di sebuah negara.

Khusus dalam soal agama, kepercayaan lokal, dan budaya, hak-hak tersebut tercantum dalam pasal 11 ayat (1) dan (2), pasal 12 ayat (1), pasal 31 ayat (1), pasal 32 ayat (3), dan pasal 36 ayat (1).

Pasal 12 ayat (1) United Nations Declaration on the Rights of Indigenous Peoples berbunyi: masyarakat adat mempunyai hak untuk menunjukkan, menjalankan, mengembangkan dan mengajarkan tradisi upacara, adat-istiadat, agama dan spiritual mereka; mempunyai hak untuk mengelola, menjaga, dan mempunyai akses khusus pada situs-situs agama dan budaya mereka; mempunyai hak untuk menggunakan dan mengontrol objek-objek upacara mereka; dan mempunyai hak untuk pemulangan atas jenazah mereka.

Adanya pengakuan atas hak-hak atas agama dan budaya masyarakat adat dari PBB itu sudah seharusnya menjadi landasan dasar atas berbagai peraturan dan perundang-undangan yang menyangkut masyarakat dan  kepercayaan lokal di Indonesia.

Menurut data Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) yang dirilis pada 2011, Indonesia mempunyai sekitar 50 juta hingga 70 juta jiwa masyarakat adat. Mereka menyebar luas mulai dari Sabang hingga Merauke dengan aneka ragam kepercayaan, adat istiadat, dan budaya yang dimiliki mereka.

Selain 17 Agustus yang menjadi Hari Kemerdekaan Indonesia, bulan ini pun mempunyai arti khusus bagi masyarakat adat yang menganut kepercayaan lokal. PBB telah menetapkan 9 Agustus sebagai Hari Masyarakat Adat Internasional.

Sudah sepantasnya momen ini dijadikan pengingat bersama, bahwa kehidupan masyarakat adat dan penganut kepercayaan lokal di berbagai daerah di Indonesia masih harus terus diupayakan dengan baik, agar semesta yang dimiliki mereka tidak lenyap ditelan arus zaman.

Apa cara yang bisa dilakukan?

Sudah tentu mulanya adalah pemahaman bahwa mereka, para masyarakat adat dan penganut kepercayaan lokal, memiliki pandangan-dunia dan konsep epistemologis mengenai alam semesta yang berbeda dengan sebagian besar para punggawa zaman modern yang—apa boleh buat—kerap kali menafikan alam dan makhluk hidup lain demi kepuasan egonya sendiri....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Nasional
Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com