Kapolda Metro Jaya (waktu itu) Irjen Sofjan Jacoeb menjelaskan, Tommy tidak melawan ketika disergap tim khusus yang dipimpin Kepala Satuan Reserse Polda Metro Jaya Tito Karnavian. Polisi sudah menerima informasi sejak 6 Agustus 2001.
Sejak itu polisi melakukan survei, menyadap telepon, dan mengawasi orang-orang yang diduga memiliki hubungan dengan Tommy, serta membuntuti dari Menteng, Pejaten, hingga ke Bintaro (Kompas, Kamis, 29 November 2001).
Melumpuhkan Dr Azahari dan Noordin M Top
Tito juga sangat menguasai masalah terorisme, tidak sekadar paham teori, tetapi juga menguasai persoalan di lapangan.
Sejak pengeboman Hotel JW Marriott di Jakarta tahun 2003 dan serangan bom Bali II pada 1 Oktober 2005, nama Dr Azahari dan Noordin Mohammad Top sering disebut-sebut sebagai otak peledakan bom.
Tito yang berpangkat ajun komisaris besar (2004-2005) memimpin Detasemen 88 Antiteror Polda Metro Jaya (yang dibentuk Kapolda waktu itu Irjen Firman Gani) dan memimpin tim 75 polisi.
Tim Densus 88 yang dipimpin Tito-lah yang melumpuhkan teroris Dr Azahari dan kelompoknya setelah menggerebek sebuah rumah di Jalan Flamboyan Raya II, Kelurahan Songgokerto, Kota Batu, Jawa Timur, Rabu, 9 November 2005.
Dalam penggerebekan itu, dua orang, satu di antaranya Dr Azahari, tewas. Sebelumnya terjadi baku tembak tim Densus 88 pimpinan Tito dengan kelompok teroris pimpinan Dr Azahari (Kompas, Kamis, 10 November 2005).
Tim yang terlibat penggerebekan di Batu yang berujung pada tewasnya salah satu gembong teroris, Dr Azahari, menerima kenaikan pangkat luar biasa, termasuk Tito. Tito naik pangkat ajun komisaris besar menjadi komisaris besar.
Tito juga terlibat dalam penyergapan gembong teroris Noordin M Top pada September 2009 di Solo. Buronan teroris warga negara Malaysia itu tewas dalam penyergapan yang dilakukan tim polisi antiteror di Kampung Kepuhsari, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, dari Rabu, 16 September malam, hingga Kamis, 17 September pagi. Baku tembak terjadi dari subuh hingga pukul 06.00.
Polisi menemukan jenazah Noordin M Top dalam posisi meringkuk miring menghadap kiri di pojok kamar mandi yang berada di belakang rumah kontrakan milik Susilo dan senjata api jenis Baretta di samping jenazahnya.
Polisi juga menemukan senjata M-16 di salah satu sudut kamar mandi rumah itu. Noordin M Top mengalami luka tembak di bagian kepala, rusuk kanan, dan paha kiri. Kepala belakangnya pecah, diduga terempas ketika tim antiteror meledakkan tembok belakang kamar mandi (Kompas, Jumat, 18 September 2009).