Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
F.X. Lilik Dwi Mardjianto
Ketua Program Studi Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara

pengagum jurnalisme | penikmat sastra | pecandu tawa riang keluarga

Perlukah Media "Online" Meminta Maaf Jika Terjadi Kesalahan?

Kompas.com - 30/05/2016, 20:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Namun, konsekuensi etis berlaku untuk semua jenis kesalahan. Konsekuensi etis itu adalah “pernyataan telah melakukan kesalahan dan permintaan maaf”.

Oleh karena itu, menutupi sebuah kesalahan adalah kesalahan. Seseorang yang berpura-pura benar, padahal dengan sadar melakukan kesalahan, sedang menabung kesalahan berikutnya.

Kecenderungan ini sangat mungkin terjadi di media online. Pengalaman pribadi, cerita kolega, dan pengamatan telah menguatkan pendapat tersebut.

Ada media online yang sangat anti meminta maaf karena telah melakukan kesalahan, baik kesalahan ringan maupun fatal. Media tipe ini lebih memilih untuk menyunting ulang berita yang salah, lalu mengunggahnya kembali.

Hal ini tentu tidak adil bagi pembaca berita. Mereka yang membaca setelah proses penyuntingan akan menganggap tidak pernah ada kesalahan di berita tersebut. Bukankah ini sebuah pembohongan?

Mungkin media semacam itu menganggap meminta maaf adalah pekerjaan yang memalukan dan bisa mengurangi pembaca.

Tentu saja berpendapat seperti itu tidak dilarang. Namun, bisa saja logikanya dibalik sehingga orang akan melihat kata “maaf” dengan sudut pandang yang berbeda.

Meminta maaf sangat bisa dimaknai sebagai tindakan kesatria dan bertanggung jawab. Mereka yang meminta maaf adalah orang yang tidak menganggap remeh sebuah kesalahan. Sebab, di balik kesalahan ada hak publik yang terlanggar.

Teladan yang baik

Wartawan dan tim redaksi media online masih mau meminta maaf untuk sebuah kesalahan masih ada. Keyakinan itu harus tetap ada.

Paling tidak, hal itu muncul dalam sebuah diskusi kelas Pengantar Jurnalistik di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) di penghujung Mei 2016.

Mahasiswa di kelas itu belajar bersama tentang cara kerja media massa, mulai dari media cetak hingga media online. Setiap kelompok mahasiswa berkunjung ke media dan melakukan observasi serta wawancara tentang cara kerja, termasuk cara media memperlakukan sebuah kesalahan pemberitaan.

Yusuf Arifin, Pemred cnnindonesia.com menjadi salah satu bintang dalam diskusi antarmahasiswa itu. Dalam sebuah tayangan video wawancara, Yusuf menyatakan CNN Indonesia akan secara blak-blakan meminta maaf jika memang melakukan kesalahan.

Menurut dia, meminta maaf adalah sarana untuk belajar, belajar rendah hati dan belajar untuk hati-hati sehingga tidak membuat kesalahan berikutnya.

Yusuf menjelaskan, permintaan maaf biasanya akan dinyatakan secara terbuka dan diletakkan di dekat berita yang salah atau berita yang telah diralat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com