JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Tito Karnavian memaparkan jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Indonesia kepada sejumlah duta besar negara sahabat.
Penjelasan Tito dengan bahasa Inggris itu juga dilengkapi dengan slide yang menggambarkan struktur jaringan ISIS di Tanah Air.
Secara garis besar, terdapat tiga tokoh warga negara Indonesia yang membaiatkan diri untuk bergabung ke ISIS. (Baca: BNPT: Hingga Maret, 600 Warga Dibaiat Masuk ISIS)
Mereka yakni Bahrun Naim, Bahrumsyah, dan Salim Mubarok alias Abu Jandal. Saat ini, ketiganya berada di Suriah.
Di balik ketiga orang itu, terdapat satu tokoh yang menjadi panutan ideologis, yakni Aman Abdurrahman. Saat ini masih mendekam di Lapas Nusakambangan.
Aman juga merupakan pimpinan Tawhid Waljihad atau Jamaah Ansharut Daulad (JAD). (Baca: NU Akan Lakukan Deradikalisasi WNI yang Kembali Usai Bela ISIS di Suriah)
"Di bawah dia, ada beberapa jaringan ranting lagi, mulai dari Arief Hidayatullah, Hendro, Santoso, hingga kelompoknya Sunakim," ujar Tito.
Kelompok-kelompok ranting ini yang menjadi pelaku-pelaku amaliah (istilah kelompok radikal untuk melakukan aksi teror).
Kelompok Arief, misalnya. Dia merencanakan serangan pada Desember 2015. Kelompok Hendro juga demikian.
(Baca: Kisah Sri Rahayu Keluar dari "Cengkeraman" ISIS di Suriah)
Mereka merencanakan melakukan aksi teror di Bali, bandar udara di Jakarta, dan beberapa destinasi wisata di Indonesia pada Januari 2016.
"Namun, jangan khawatir. Sebab, mereka dan beberapa kawanannya berhasil kami tangkap," ujar Tito.
Dari cabang-cabang itu, hanya kelompok Sunakim alias Afif yang berhasil melakukan serangan, yakni pada 14 Januari 2016 di kawasan Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat.
Acara yang digelar di Flores Room Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, tersebut dihadiri oleh para duta besar negara sahabat, antara lain, Belgia, Perancis, Turki, Irak, Tunisia, dan Turki.